Bakti Kepada Orang Tua

Bakti Kepada Orang Tua

Seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW mengadukan bahwa ayahnya telah mencuri hartanya. Rasulullah kemudian bertanya kepadanya, ''Pergilah dan datanglah kemari bersama ayahmu.''

Ketika lelaki tadi pergi, Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah dan bersabda, ''Wahai Muhammad, Tuhanmu mengucapkan salam kepadamu dan berfirman, 'Jika orang tua anak tersebut tiba, maka tanyakanlah apa yang telah dia ucapkan dalam hatinya yang tidak terdengar oleh kedua telinganya'.'' Setelah berkata demikian, Malaikat Jibril pergi. Tidak lama kemudian, lelaki tadi datang bersama ayahnya. Nabi SAW kemudian bertanya kepada ayah lelaki tadi, katanya, ''Mengapa anakmu mengadu bahwa engkau mencuri hartanya?''

''Ya Rasulullah, tanyakanlah kepadanya, harta itu aku dermakan kepada siapa; kepada salah seorang bibinya atau untuk diriku sendiri?'' jawab ayah lelaki tadi. ''Perkenankanlah aku untuk tidak membahas hal ini, tetapi ceritakanlah kepadaku apa yang kau ucapkan dalam hatimu yang tidak didengar oleh kedua telingamu?'' tanya Rasulullah sebagaimana yang diajarkan Malaikat Jibril sebelumnya.

''Demi Allah wahai Rasulullah, Allah selalu membuat kami semakin yakin kepadamu. Aku memang telah mengucapkan sesuatu dalam hatiku yang tidak didengar oleh kedua telingaku,'' jawabnya.

''Sampaikanlah, aku akan mendengarkannya,'' jawab Nabi SAW.

Tidak diduga, ternyata ayah lelaki tadi kemudian membacakan sebuah syair yang bagus yang ditujukan kepada sang anak buah hatinya:

Ketika engkau lahir, aku memberimu makan
Dan ketika engkau tumbuh dewasa, aku selalu menjagamu
Engkau diberi minum dari jerih payahku
Jika malam hari engkau sakit
Maka, sepanjang malam aku tidak tidur
Bergadang memikirkan penyakitmu
hingga tubuhku sempoyongan karena kantuk
Seakan-akan aku yang sakit, bukan kau
Air mataku pun mengalir deras
Dan jiwaku khawatir kau akan mati
Padahal Dia tahu bahwa ajal akan tiba sesuai waktunya
Saat engkau mencapai usia yang tepat
Saat di mana kuharapkan dirimu
Kau balas diriku dengan kekejaman dan kekasaran
Seakan-akan engkau pemberi nikmat
Dan yang dermawan
Andai saja ketika tak dapat kaupenuhi hakku sebagai ayah
Kau perlakukan aku sebagai tetangga
Yang hidup berdampingan

Mendengar syair yang dibacakan ayah lelaki tadi, tidak terasa Rasulullah pun meneteskan air mata dan berkata kepada anak tersebut, ''Dirimu dan hartamu adalah milik ayahmu.''

Laki-laki itu pun tertunduk lesu dan merasa malu. Ia kini menyadari betapa besar curahan kasih sayang orang tuanya kepada dirinya. Karena kesadarannya telah terbuka, maka hartanya itu diikhlaskan kepada ayahnya. Dan, lelaki beserta orang tuanya pun akhirnya minta izin pergi meninggalkan Nabi SAW dengan perasaan damai.
Reuni 212, Apa Yang Menggerakkan Mereka?

Reuni 212, Apa Yang Menggerakkan Mereka?

Sangat jarang saya menangis,tapi Jumat, 2 Desember 2016 silam, beberapa kali saya tak bisa membendung desakan air mata yang keluar dari kedua bola mata ini. Rasa haru terus menyelimuti sepanjang aksi.

Diawali saat baru tiba di lokasi. Usai mobil diparkir dekat Tugu Tani, saya langsung disambut oleh ibu-ibu yang memberikan makanan.

“Pak ini diambil snacknya buat sarapan,” kata seorang ibu berjilbab sambil membawa kardus berisi makanan.

Air mata menetes. Di pagi hari mereka bersusah payah hanya untuk membagikan penganan sarapan. Gerangan apa yang menggerakkan mereka?


Saat berjalan perlahan menuju Monas, saya melihat anak-anak usia SMP dengan kepala berbalut tuliskan mujahid melangkah dengan semangat diiringi pekik takbir. Tubuh mereka mungil tapi ayunan kaki dan teriakan mereka jauh melebihi ukuran badannya. Air mata ini kembali menetes. Gerangan apa yang menggerakkan mereka?

Ada pula bapak-bapak yang rambutnya telah memutih. Mereka tampak kuat dan berjalan mantap menuju Monas. Kepala mereka pun diikat dengan kain bertuliskan Aksi Bela Islam 3. Lagi-lagi air mata menetes haru. Gerangan apa yang menggerakkan mereka?

Di depan Balaikota DKI Jakarta, saya ditawari salak pondoh oleh dua orang lelaki yang datang dari Temanggung, Jawa Tengah.

“Ayo Pak diambil salaknya,” ujar seorang lelaki.

Sekali lagi saya tak mampu membendung air mata ini. Gerangan apa yang menggerakkan mereka?

Lalu tepat di samping pintu masuk Lapangan Monas, ada tawaran layanan charger HP gratis.

“Siapa yang HP nya lowbatt, silakan mencharger disini…..gratis,” teriak seorang lelaki muda.

Ya Allah, disaat mereka sebenarnya bisa meraup keuntungan dengan jasa yang mereka tawarkan, tapi mereka justru tak ingin dibayar. Air mata ini menetes. Gerangan apa yang menggerakkan mereka?

Episode tangis haru saya mencapai puncaknya saat Sholat Jumat. Hujan yang mengguyur tak mampu membuat jutaan umat yang hadir bubar. Mereka tetap khusyuk sambil menahan dingin yang menusuk tulang.

Ya Robb, apa sesungguhnya yang menggerakkan ini semua?

Saya lalu teringat dengan kisah Perang Badar. Kala itu, malam terus merambat. Rasa lelah mendera pasukan Muslim. Rasa kantuk yang hebat datang menyerang. Hujan yang turun di gelapnya malam membuat pasukan tak kuasa menahan kantuk. Mereka tertidur ditemani perlengkapan perang yang menempel di tubuhnya.

Abu Thalhah sebagaimana diriwayatkan Ahmad berkisah.

“Rasa kantuk menyerang kami sementara kami masih berada dalam barisan pada waktu Perang Badar. Aku termasuk salah satu yang terkantuk. Tidak terasa pedangku terjatuh dari genggamanku, lalu aku memungutnya. Terjatuh lagi dan aku memungutnya. Setelah itu aku berdiri dengan perasaan malu. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu.”

Kemudian turunlah firman Allah swt:

“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan engkau mengantuk sebagai suatu penentraman dariNya dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kakimu (QS. Al Anfal:11)

Malam itu Allah swt menurunkan hujan sangat deras sehingga menghalangi pasukan musyrik untuk menyerang. Anehnya, kaum Muslim merasakan hujan itu seperti gerimis yang sangat mensucikan mereka: hujan yang melenyapkan gangguan setan, mengukuhkan tempat berpijak, memadatkan tanah, menegakkan kaki yang berdiri dan menyatukan hati (Zaadul Ma’ad)


Bisa jadi banyak yang nyinyir dan menganggap sangat lebay menyamakan kisah hujan di Monas dengan di Badar. Bahkan, jika tak turun hujan pun, masih banyak orang yang menghina kita karena ikut aksi.

Tapi begitulah cara Allah membedakan yang haq dan bathil. Penistaan agama oleh Ahok membuka kedok siapa yang sesungguhnya berada dalam barisan Islam dan musuh kaum muslimin. Bukankah Perang Badar juga disebut Yaumul Furqan? Hari Pembeda antara kebenaran dan Kebathilan?

Disanalah Umar bin Khaththab membunuh pamannya Al Ash bin Hisyam. Abu Bakar berhadapan dengan anaknya Abdurrahman. Lalu paman Nabi saw Abbas bin Abdul Muthalib ditahan pasukan muslimin. Saat itu, hubungan kekerabatan putus. Yang tersisa hanyalah kalimat iman mengalahkan kalimat kufur.

Sepertinya, inilah cara Allah yang hendak menjadikan kita sebagai pasukan Badar di akhir zaman ini yang dipimpin oleh ulama-ulama panutan umat: Ust Bachtiar Nasir, Habib Riziq Shihab, Ust Arifin Ilham hingga Aa Gym.

Bukankah almarhum KH Hasyim Muzadi di akhir hayatnya pun menyebut peristiwa 212 layaknya Badar?

Wallahua’lam bishshowab

Erwyn Kurniawan

Presiden Reli

sumber : ngelmu
Berbeda Bukan Berarti Salah

Berbeda Bukan Berarti Salah

Berbeda Bukan Berarti Salah

Banyak jalan yang coba ditapaki para pendahulu kita untuk menyebarkan risalah islam. Buah dari usaha itu adalah munculnya berbagai gerakan dakwah dengan ciri dan tipikal khas masing2. Badiuzzaman Said Nursi dengan ciri khas bahasa dakwahnya yang lembut dan tinggi, menaklukkan hati, mengajak untuk terus berfikir dan berzikir.

Lihat pula Risalah dakwahnya syaikh syahid Hasan al Banna, kombinasi antara tazkiyah diri dan jihad siyasi. Menyadarkan betapa pentingnya politik dan kekuasaan, dengan tidak lupa terhadap kewajiban untuk selalu bersih2 diri.
Perhatikan juga ijtihad dakwah ismail al farouqi, "Islamization Of Knowledge" adalah usaha dakwah yang coba dibawanya untuk mengisi pos2 pembelajaran diruang akademik yang belakangan di dominasi liberalis. Semuanya bekerja dengan bahasa dan cara yang berbeda, tapi ghayah tetap sama, untuk Islam.
----------------------------
Jangan panik ketika ada yang berbeda manhaj dengan kita dalam dakwahnya, yang berbahaya itu adalah kalau hanya karna berbeda dalam perkara manhaj/cara/metode/ijtihad dakwah, lantas hal tersebut menjadikan kita buta, tak tahu mana kawan mana lawan. Kita telan semua yang tidak sebendera sewarna.

Meyakini bahwa jalan dakwah kita benar adalah penting, sebab kalau kita tidak yakin kenapa harus ditapaki?

Tapi berkeyakinan bahwa kitalah satu satunya pemilik kebenaran dan pemegang tunggal "ijazah" untuk berdakwah adalah kesalahan fatal. Pemahaman seperti ini akan memantik api permusuhan yang sulit untuk dipadamkan.

Islam adalah islam, banyak jalan menyampaikannya. Golongan apapun itu, selama didasari pemahaman islam yang benar, maka ia adalah bahagian dari islam. Jangan pahami bahwa golongan kita adalah islam dan islam adalah golongan kita, Engkau akan kafirkan orang yang tak sepaham denganmu, engkau akan bid'ah kan orang yang berlainan cara denganmu, kau akan sesatkan, salahkan, dan hukum sesiapapun yang engkau rasa tak sesuai denganmu. Sebab engkau berkeyakinan bahwa islam adalah golonganmu saja dan selain darinya adalah bukan. Juga kau meyakini bahwa pertolongan Allah hanya untuk golonganmu, kau lihat mereka yang tak berada dalam shafmu sebagai manusia yang kurang berislam, kau yakini bahwa Allah bersama jamaah dan jamaah itu adalah golonganmu saja, kau lupa ada jutaan muslim yang mungkin punya cara berbeda dengan caramu. Ada ratusan ulama dan pemikir islam yang berjalan berbeda dengan jalanmu.

Ada baiknya kita kaji lagi bahasan2 tentang fiqh ikhtilaf. Buka lagi buku2 fiqh perbandingan. Agar kita semakin mantap memahami bahwa yang berbeda dengan kita bukan berarti salah, dan kebenaran tak bisa di klaim hanya untuk kita saja. Pun juga agar bisa lebih menghargai hak2 mereka yang berbeda dengan kita.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من صلى صلاتنا واستقبل قبلتنا وأكل ذبيحتنا فذلك المسلم الذي له ذمة الله وذمة رسوله فلا تخفروا الله في ذمته.

Rasul Allah berkata, "Siapa pun yang shalat seperti shalat kita, menghadap kiblat seperti kiblat kita, dan makan hewan kita yang kita sembelih, adalah seorang Muslim. Mereka berada di bawah perlindungan Allah dan Rasul-Nya.

Jangan khianati Allah dengan mengkhianati mereka yang berada dalam perlindungan-Nya.

ولا تخونوه بانتهاك حقوقه
Jangan mengkhianatinya adalah jangan melanggar hak mereka. Caci maki, sumpah serapah, fitnah, ghibah adalah bagian dari pelanggaran hak terhadap saudara muslim kita. Kasihi dan hormati teman muslim kita, perlakukan mereka sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Ayo hargai manusia, ayo baik bareng.

Ahmad Syauqi, Lc
Salah Mengambil Pelajaran

Salah Mengambil Pelajaran

Kaum sufi meriwayatkan bahwa Syaqiq al-Balkhi, seorang saleh, pergi dalam perjalanan bisnis dan mencari karunia Allah. Sebelum keberangkatannya, ia berpamitan kepada temannya, Ibrahim bin Adham, seorang zahid yang terkenal.

Ibrahim bin Adham memperkirakan ia akan melakukan perjalanan dalam waktu lama, tetapi beberapa hari kemudian Syaqiq al-Balkhi kembali lagi dan terlihat di masjid, lalu Ibrahim bin Adham bertanya kepadanya dengan penuh keheranan: Apa yang menyebabkan kamu cepat kembali?

Syaqiq al-Balkhi: Saya melihat seekor burung yang sangat mengagumkan di tengah perjalananku lalu saya membatalkan perjalanan.

Ibrahim bin Adham: Baik, apa yang kamu lihat?

Syaqiq al-Balkhi: Saya singgah di tempat yang sepi untuk beristirahat di dalamnya, lalu saya mendapati seekor burung yang cacat dan buta. Saya merasa heran lalu saya berkata di dalam hati: Bagaimana burung ini bisa hidup di tempat yang terpencil ini, padahal burung ini tidak bisa melihat dan tidak bisa bergerak? Tidak lama kemudian datang burung lain yang membawa makanan untuknya, dalam sehari beberapa kali, hingga tercukupi kebutuhannya. Lalu saya berkata: Sesungguhnya Dzat yang memberi rezki kepada burung ini di tempat ini pasti berkuasa memberiku rezeki, lalu saat itu pula saya kembali.

Ibrahim bin Adham: Sungguh aneh kamu ini wahai Syaqiq! Kenapa kamu mau menjadi burung yang buta dan cacat, yang hidup mengharapkan dan menggantungkan bantuan orang lain, tetapi tidak mau menjadi burung lain yang berusaha mencukupi dirinya sendiri dan membantu orang lain yang memerlukan bantuan? Tidakkah kamu tahu bahwa tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah?

Kemudian Syaqiq al-Balkhi berdiri dan mencium tangan Ibrahim bin Adham seraya berkata: Kamu adalah guru kami wahai Abu Ishaq! Akhirnya Syaqiq al-Balkhi kembali menekuni usaha dan perniagaannya lagi.

Ya, sebagian pemalas berdalil dengan hadis Nabi saw: “Sekiranya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal pasti Allah memberimu rezki sebagaimana Dia memberi rezki kepada burung; ia berangkat pagi dalam keadaan kosong dan kembali dalam keadaan kenyang”. (Sunan at-Tirmidzi 2344).

Hadis ini membantah mereka, karena Allah tidak menjamin perut burung itu kenyang kecuali setelah berangkat sejak pagi. Arti berangkat pagi (taghdu) adalah keluar untuk mencari rezki. Jadi, hadis ini mengingatkan agar berusaha dan melakukan berbagai upaya, agar tidak hanya mengharap bantuan orang lain yang membuat dirinya tidak mandiri dan merdeka dalam bersikap dan berpendapat.

Lihat: Musykilat al-Faqr , kaifa ‘alajaha al-Islam, Dr. Yusuf al-Qaradhawi.

Diterjemahkan dari “Zad al-Murabbin”, Ibrahim Badr Syihab al-Khalidi. Oleh Aunur Rafiq Saleh Tamhid.

sumber : ngelmu.co
Kabar Gembira di Balik Sakit

Kabar Gembira di Balik Sakit

Kita semua pasti tidak pernah luput dari cobaan baik itu dengan keburukan dan kebaikan.
Alloh telah berfirman;

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
artinya :
tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (al anbiya 35)

1. Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia mampu bersabar
nilai dari sabar itu sendiri pun sangat mulia di sisi Alloh subhanahu wata'ala. termasuk sabar dalam menghadapi sakit yg kita derita.
rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
artinya :
sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. (HR muslim)


memang tidak mudah untuk bersabar ketika sakit tak kunjung sembuh. manusiawi jika kita punya keinginan untuk sembuh dan kecewa ketika berbagai pengobatan tidak juga ampuh.

tapi kita harus ingat mau kita bersabar atau tidak bersabar, hasilnya sama...
kita bisa saja memilih untuk tidak bersabar tapi kita akan melewatkan pahala besar...
saya pernah dengar ceramah ustadz oemar mita, Alloh tidak menjelaskan secara jelas ganjaran untuk orang yg mampu bersabar. karena saking besarnya....saking awesomenya ganjaran untuk orang yg mampu bersabar.

2. Sakit akan menghapuskan dosa
dengan sakitnya seorang mukmin yg tetap taat dan sabar, maka Alloh akan menghapuskan dosanya. rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ  مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
artinya :
tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit yang berkepanjangan, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Alloh akan menghapuskan dosa-dosanya dengan sebab-sebab tersebut. (HR bukhori)

3. Sakit akan membawa keselamatan dari api neraka
ada lagai hikmah yg lain yaitu dijauhkannya si sakit dari api neraka. Maka dari itu jangan sekali pun kita memaki keadaan dimana penyakit tak kunjung sembuh meski sudah ikhtiar kemana2.. tidak mengapa karena ada kabar gembira..
rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Alloh akan mengahapuskan dosa-dosa anak adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. muslim)

4. Sakit akan mengingatkan kita dari kelalaian kita
normal kok kalau ketika sakit, kita langsung ingat dengan dosa2 masa lalu... tidak usah malu dan menutup diri dari perasaan seperti ini ketika sakit.
karena itu pertanda bagus,,,, bahwa Alloh sedang membuka hati kita..
sesuai dengan firman Alloh;

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ
artinya :
dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rosul-rosul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Alloh) dengan tunduk merendahkan diri. (qs al anam 42)

kita harus tetap ingat bahwa setiap cobaan yg Alloh berikan adalah wujud cintaNya agar kita kembali mengingatnya dan kembali mendekat kepadaNya..
melembutkan hati kita sehingga kita mampu untuk bersabar menghadapinya (jgn lupa sambil ihtiar ya..)

sebagai penutup,,, kita patut bergembira, karena bisa jadi dengan penyakit ini kita akan bersih dari dosa bahkan tidak mempunyai dosa sama sekali.
Bisa jadi dengan Sakit, Allah Subhanahu Wataala sedang memberi kita peluang untuk mendapat pahala, yang mana sakit itu juga bisa sebagai pengganti amalan amalan sunnah yg jarang kita kerjakan. tentunya kita harus bersabar dalam menghadapi sakit tersebut.

sesuai sabda nabi berikut ini,

مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ

حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

artinya : cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Alloh tanpa dosa sedikitpun. (HR at tirmidzi)

semoga kita selalu dilindungi oleh Alloh dimana pun kita berada dan apapun keadaan kita. aamiin ya robbal alamiin.
Mati Layaknya Keledai

Mati Layaknya Keledai

Kisah ini terjadi di Universitas 'Ain Syams, fakultas pertanian di Mesir. Sebuah kisah yang amat masyhur dan dieksposs oleh berbagai media massa setempat dan sudah menjadi buah bibir orang-orang di sana.

Pada tahun 50-an masehi, di sebuah halaman salah satu fakultas di negara Arab (Mesir-red.,), berdiri seorang mahasiswa sembari memegang jamnya dan membelalakkan mata ke arahnya, lalu berteriak lantang, "Jika memang Allah ada, maka silahkan Dia mencabut nyawa saya satu jam dari sekarang!."

Ini merupakan kejadian yang langka dan disaksikan oleh mayoritas mahasiswa dan dosen di kampus tersebut. Menit demi menitpun berjalan dengan cepat hingga tibalah menit keenampuluh alias satu jam dari ucapan sang mahasiswa tersebut. Mengetahui belum ada gejala apa-apa dari ucapannya, sang mahasiswa ini berkacak pinggang, penuh dengan kesombongan dan tantangan sembari berkata kepada rekan-rekannya, "Bagaimana pendapat kalian, bukankah jika memang Allah ada, sudah pasti Dia mencabut nyawa saya?."

Para mahasiswapun pulang ke rumah masing-masing. Diantara mereka ada yang tergoda bisikan syaithan sehingga beranggapan, "Sesunguhnya Allah hanya menundanya karena hikmah-Nya di balik itu." Akan tetapi ada pula diantara mereka yang menggeleng-gelengkan kepala dan mengejeknya.

 
Sementara si mahasiswa yang lancang tadi, pulang ke rumahnya dengan penuh keceriaan, berjalan dengan angkuh seakan dia telah membuktikan dengan dalil 'aqly yang belum pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya bahwa Allah benar tidak ada dan bahwa manusia diciptakan secara serampangan; tidak mengenal Rabb, tidak ada hari kebangkitan dan hari Hisab. Dia masuk rumah dan rupanya sang ibu sudah menyiapkan makan siang untuknya sedangkan sang ayah sudah menunggu sembari duduk di hadapan hidangan. Karenanya, sang anak ini bergegas sebentar ke 'Wastapel' di dapur. Dia berdiri di situ sembari mencuci muka dan tangannya, kemudian mengelapnya dengan tissue. Tatkala sedang dalam kondisi demikian, tiba-tiba dia terjatuh dan tersungkur di situ, lalu tidak bergerak-gerak lagi untuk selama-lamanya.

Yah…dia benar-benar sudah tidak bernyawa lagi. Ternyata, dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa sebab kematiannya hanyalah karena ada air yang masuk ke telinganya!!.

Mengenai hal ini, Dr.'Abdur Razzaq Nawfal -rahimahullah- berkata, "Allah hanya menghendaki dia mati seperti keledai!."

Sebagaimana diketahui berdasarkan penelitian ilmiah bahwa bila air masuk ke telinga keledai atau kuda, maka seketika ia akan mati?!!!.

(Sumber: Majalah "al-Majallah", volume bulan Shafar 1423 H sebagai yang dinukil oleh Ibrahim bin 'Abdullah al-Hâzimiy dalam bukunya "Nihâyah azh-Zhâlimîn", Seri ke-9, h.73-74)

Jiwa Pemaaf Rosulullah Kepada Sahabat Yang Berjasa

Jiwa Pemaaf Rosulullah Kepada Sahabat Yang Berjasa

Ketika Rasulullah  bersama kaum Muslimin bersiap sedia menjelang “Fathu Mekah”. Hatib bin Abi Balta’ah telah menulis surat kepada penduduk Mekah untuk memberitahu mereka tentang hal itu. 
Dia menyatakan kepada mereka :
“Sesungguhnya Muhammad ingin memerangi kamu, maka hati-hatilah kamu sekalian”.
Surat itu dikirim melalui seorang wanita yang sedang dalam perjalanan ke Mekah bernama Zha’inah.

Lalu Allah  menurunkan wahyu kepada Rasulullah  menerangkan hal pembocoran rahasia tersebut.
Rasululullah  segera memanggil Ali, Zubair dan Miqdad dengan sabdanya :
“Segera kamu sekalian berangkat ke sebuah tempat Raudhah Khak, kerana di sana ada Zha’inah (wanita musafir) yang membawa surat, maka ambillah darinya kemudian bawa surat itu ke mari”.

lafal Muhammad SAW-oaseiman

Selepas itu kami segera pergi, sehingga ketika sampai ke Raudhah kami pun memjumpai wanita tersebut.
Kami berkata kepadanya :
“Keluarkanlah surat itu”.
Ia menjawab :
“Surat apa, saya tak bawa apa-apa surat pun”.
Kami berkata :
“Betul kamu tidak membawa apa-apa surat! kamu mau berikan surat itu atau kami tanggalkan pakaianmu”.
Akhirnya dalam ketakutan, dia pun mengeluarkan surat itu dari sanggulnya.
Kami pun terus mengambil surat tersebut dan segera pulang ke Madinah dan menyerah surat itu kepada Rasulullah.

Tenyata surat itu berbunyi :
‘Dari Hatib bin Abi Balta’ah, ditujukan kepada sekelompok manusia dari orang-orang musyrik di Mekah…dan seterusnya’. Antara isi kandungannya memberitahu mereka tentang sebahagian dari rahsia Nabi Lalu Rasulullah S.A.W memanggil Hatib dan berkata :
“Wahai Hatib! apa yang telah kamu lakukan ni?”
Hatib menjawab :
“Wahai Rasulullah!
Janganlah Engkau tergesa-gesa menuduhku.
Sesungguhnya aku seorang yang sangat rapat hubungan dengan Quraisy, dan bukankah aku termasuk orang yang terbaik di antara mereka, dan di antara orang yang bersamamu dari orang-orang Muhajirin, mereka mempunyai kaum kerabat dan mereka ingin menjaga keluarga dan harta mereka.
Maka aku adalah seorang yang ingin memelihara kerabatku.
Aku tidak melakukan hal ini kerana kafir atau murtad dari agama Islam.”

Lalu Umar bin al Khatab mencelah dengan berkata :
 Wahai Rasulullah!
“Izinkan aku memenggal leher si munafik ini”.
Rasulullah menjawab dengan sabdanya :
“Wahai Umar, sesungguhnya dia terlibat dengan peperangan Badar.
Apa yang kamu ketahui hai Umar?
Mudah-mudahan Allah mengetahui ahli Badar.”
Lalu Rasulullah  bersabda :
“Wahai ahli Badar! Buatlah apa yang kamu suka, sesungguhnya aku telah memaafkan kalian.”

Maka turunlah firman Allah  yang bermaksud :
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh Ku dan musuh mu menjadi teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita Muhammad) kerana alasan rasa kasih sayang, pada hal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan kamu kerana beriman kepada Allah, Rabbmu, jika kamu benar-benar keluar berjihad di jalan-Ku dan mencari keredhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian) kamu memberitahu secara rahsia berita Muhammad kepada mereka, kerana kasih sayang.
Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan, dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus”.
(Al Mumtahanah : ayat ke-1)

Sesungguhnya banyak pengajaran yang kita pelajari dari peristiwa ini.
Ia memberi penjelasan kepada kita bagaimana tarbiyah Rasulullah melalui berbagai peristiwa yang berlaku. Rasulullah adalah seorang pemimpin dan murabbi yang agung.

Kita dan umat mungkin merasa terkejut dengan tindakan Hatib, pada hal dia seorang sahabat generasi pertama dan ahli Badar.
Itulah hakikat jiwa manusia, kadang-kadang mengalami saat-saat lemah atau futur.
Sekali pun telah mencapai kekuatan iman, kemungkinan keliru dan lalai tetap saja ada.
Hanya Allah saja yang tidak yang tidak pernah salah, dan hanya Allah yang Memberi pertolongan.

IBRAH :1. Setiap manusia tidak lepas dari khilaf, termasuk para sahabat
2. Rasulullah dalam memberi hukuman tidak saja melihat tingkat kesalahannya, tapi melihat jasa jasa nya dalam perjuangan
3. Rasulullah memiliki jiwa pemaaf kepada sahabat sahabatnya, terutama Ahlu Badr

Dongeng Sholat

Dongeng Sholat

Ada seorang manusia yang bertemu dengan setan di waktu subuh. Entah bagaimana awalnya, akhirnya mereka berdua sepakat mengikat tali persahabatan. Ketika waktu subuh berakhir dan orang itu tidak mengerjakan shalat, maka setan pun sambil tersenyum bergumam, "Orang ini memang boleh menjadi sahabatku..!"

Begitu juga ketika waktu Zuhur orang ini tidak mengerjakan shalat, setan tersenyum lebar sambil membatin, "Rupanya inilah bakal teman sejatiku di akhirat nanti..!"



Ketika waktu ashar hampir habis tetapi temannya itu dilihatnya masih juga asik dengan kegiatannya, setan mulai terdiam......

Kemudian ketika datang waktunya maghrib,temannya itu ternyata tidak sholat juga, maka setan nampak mulai gelisah, senyumnya sudah berubah menjadi kecut. Dari wajahnya nampak bahwa ia seolah-olah sedang mengingat-ngingat sesuatu.

Dan akhirnya ketika dilihatnya sahabatnya itu tidak juga mengerjakan sholat Isya, maka setan itu sangat panik. Ia rupanya tidak bisa menahan diri lagi,dihampirinya sahabatnya yang manusia itu sambil berkata dengan penuh ketakutan, "Wahai sobat, aku terpaksa memutuskan persahabatan kita!"

Dengan keheranan manusia ini bertanya, "Kenapa engkau ingkar janji bukankah baru tadi pagi kita berjanji akan menjadi sahabat?".

"Aku takut!",jawab setan dengan suara gemetar.

"Nenek moyangku saja yang dulu hanya sekali membangkang pada perintah-Nya, yaitu ketika menolak disuruh "sujud" pada Adam, telah dilaknat-Nya; apalagi engkau yang hari ini saja kusaksikan telah lima kali membangkang untuk bersujud pada-Nya (Sujud pada Allah). Tidak terbayangkan olehku bagaimana besarnya murka Allah kepadamu !", kata setan sambil beredar pergi.

Menumbangkan Ego

Menumbangkan Ego

Suatu saat, Nabi Musa ditanya oleh kaumnya, tentang siapakah orang yang paling alim. Beliau menjawab bahwa beliau lah orang paling berilmu.


Tidak mengherankan sebenarnya jawaban ini, karena beliau adalah Ulul Azmi, beliau juga berbicara langsung dengan Alloh, beliau menerima Kitab Taurat. Jika kita lihat di Al Qur'an, Nama beliau disebut tidak kurang dari 300 kali.

Akan tetapi mungkin Alloh punya kehendak lain. Dan Nabi Musa ditegur oleh Alloh.

Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Musa berdiri berkhotbah di hadapan kaum Bani Israil, lalu ia bertanya kepada mereka, 'Siapakah orang yang paling alim (berilmu)?' (Tiada seorang pun dari mereka yang menjawab), dan Musa berkata, 'Akulah orang yang paling alim'." Maka Allah menegurnya karena ia tidak menisbatkan ilmu kepada Allah. Allah menurunkan wahyu kepadanya, "Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba yang tinggal di tempat bertemunya dua lautan, dia lebih alim daripada kamu." Musa bertanya, "Wahai Tuhanku bagaimanakah caranya saya dapat bersua dengannya?" (Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Kahfi 60-82)


Maka perjalanan itu dimulai.

Perjalanan melelahkan untuk menapaki ilmu baru.

Beliau bertemu dengan Nabi Khidir.

Perhatikan lah betapa tawadhu nya Nabi Musa dihadapan Nabi Khidir.
Nabi yang mulia ini mengatakan....

Allah SWT berfirman:

قَالَ لَهٗ مُوْسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى  اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
"Musa berkata kepadanya, Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?"
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 66)

Nabi Khidir pun menjawab dengan ketawadhuan yang luar biasa..

Hai Musa, sesungguhnya aku mempunyai ilmu yang telah diajarkan oleh Allah kepadaku, sedangkan kamu tidak mengetahuinya; dan kamu mempunyai ilmu yang telah diajarkan oleh Allah kepadamu, sedangkan saya tidak mengetahuinya. (Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Kahfi 60-82)

Sahabat....

Saat  tawadhu bertemu dengan tawadhu. Masing masing saling memuliakan bahkan saling merendah. Hingga Nabi Musa pun mengatakan dengan kesungguhan dan kejujurannya...

قَالَ سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ صَابِرًا وَّلَاۤ اَعْصِيْ لَكَ اَمْرًا
"Dia (Musa) berkata, Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 69)

Perjalanan kisah beliau berdua berakhir dengan perpisahan....

Allah SWT berfirman:

قَالَ هٰذَا فِرَاقُ بَيْنِيْ وَبَيْنِكَ   ۚ  سَاُنَـبِّئُكَ بِتَأْوِيْلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا
"Dia berkata, Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 78)

Mungkin kita menganggap bahwa Nabi Musa telah gagal dalam proses belajar bersama Nabi Khidir.

Benarkah???


Tentu ada hikmah dibalik perjalanan nabi Musa ini, meski proses belajar seolah kandas.

Sahabat.....

Perhatikan lah awal mula teguran Alloh kepada Nabi Musa.

Mungkin disitulah tujuan utama pengembaraan Nabi Musa dalam mencari Nabi Khidir.

- Mungkin beliau "gagal' bersabar.

- Mungkin beliau "gagal' menguasai ilmu hikmah yang diajarkan nabi Khidir..

Tetapi Nabi Musa telah mengajarkan hal sangat penting kepada kita.

Yakni  membuang ego, merendah, tawadhu thd ilmu, menyadari luasnya Ilmu Alloh, mengakui kelebihan orang lain dan pada saat yang sama menyadari sisi kelemahan diri.


Mungkin memang beliau "gagal" bersabar, tetapi beliau telah berhasil 'mengalahkan" ego diri sendiri, berjalan jauh untuk belajar pada seseorang.

_Terkadang mimpi tidak harus menjadi nyata, tetapi perjalan menuju mimpi adalah hikmah tarbiyah Alloh atas diri kita. Dan tarbiyah itu mungkin jauh lebih berharga dari apa yang telah kita mimpikan sepanjang waktu._

Bahkan terkadang, sebenarnya Alloh sedang mempersiapkan kita untuk hal hal lain yang jauh lebih besar.

Dan perjalanan menuju mimpi itulah bekalnya untuk menghadapi hal besar yang akan terjadi.

Jika bekal ini tidak kita miliki mungkin kita akan tumbang bersama waktu.

Nabi Musa kemudian menghadapi hal hal besar setelah kisah ini. Beliau harus berhadapan dengan ayah angkat nya sendiri yang sangat kejam. Beliau juga harus menghadapi para penyihir Fir'aun. Dan beliau harus menghadapi masa kritis dan genting hingga peristiwa besar terbelahnya lautan.

Semua peristiwa peristiwa besar ini harus beliau jalani, dan ternyata ketawadhuan, berani membuang ego, mengakui kekurangan diri, mengakui kelebihan orang lain adalah bekal yang sangat bermanfaat dalam perjalanan di kemudian hari.

Perintah dakwah pun turun,

 Allah SWT berfirman:

اِذْهَبْ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ  طَغٰى
"Pergilah kepada Fir'aun; dia benar-benar telah melampaui batas."
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 24)


Lihatlah ketawadhuan itu pun muncul kembali, sesaat setelah titah itu datang...

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ  
"Dia (Musa) berkata, Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku,"
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 25)

Allah SWT berfirman:

وَيَسِّرْ لِيْۤ اَمْرِيْ  
"dan mudahkanlah untukku urusanku,"
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 26)

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِیْ  
"dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,"
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 27)

يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
"agar mereka mengerti perkataanku,"
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 28)

Beliau menyadari sisi lemah dalam diri dan mau mengakui kelebihan saudaranya. Tidak hanya itu, beliau dengan kesungguhan ingin berdakwah bersama saudaranya.

Allah SWT berfirman:

وَاَخِيْ هٰرُوْنُ هُوَ اَفْصَحُ مِنِّيْ لِسَانًا فَاَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْاً  يُّصَدِّقُنِيْٓ ۖ  اِنِّيْۤ اَخَافُ اَنْ يُّكَذِّبُوْنِ
"Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sungguh, aku takut mereka akan mendustakanku."
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 34)

Sahabat sekalian....

_Terkadang terlalu banyak benturan hadir dalam hidup, kadang terlalu banyak duri yang terinjak, kadang terlalu banyak peluh dan keringat yang menetes, dan kadang harus ada luka yang perih.

_Tapi ketahuilah bahwa dalam benturan benturan itu, mungkin Alloh hendak mempersiapkanmu untuk peristiwa peristiwa yang jauh lebih besar.

Jika hal besar itu benar benar telah hadir dihadapanmu, segeralah letakkan ego...

-Sadarilah kelemahan diri..

- Syukurilah kelebihan orang lain...

_Dan gandenglah ia bersama menempuh jalan itu, meski engkau lebih baik darinya...

_Karena Alloh takdirkan bersama kelebihan kita ada kelemahan..

_Kita selalu butuh orang lain untuk menyelesaikan jalan hidup kita..

_Letakkan lah ego agar badai dan gelombang itu tidak membuatmu tumbang dan kandas ditengah jalan....

Baarakallohu fiikum


M. Nadhif Khalyani
Cara Mencicipi Surga Bersama Pasangan Di Rumah Kita

Cara Mencicipi Surga Bersama Pasangan Di Rumah Kita

Menjadikan rumah tangga serasa surga adalah impian semua orang beriman. Rumah menjadi inti kenikmatan yang mendamaikan. Rumah menjadi idaman bagi seluruh anggotanya untuk berlama-lama berinteraksi dengan hati yang lapang dan bahagia.

 
Sayangnya, impian kebanyakan orang untuk bahagia sering hanya menjadi khayalan. Jauh panggang dari api. Buktinya, kasus perceraian kian marak. Hubungan suami-istri dan seluruh anggota keluarga tidak harmonis hingga rumah tangga harus kandas di tengah amuk perceraian.

Suami-istri berpisah, anak-anak terlantar. Jika pun secara materi tercukupi, ada luka di pikiran dan hatinya. Ada psikologis yang terganggu.

Karenanya, menjadikan rumah tangga serasa surga sangat penting. Para pasangan harus memiliki ilmu yang cukup hingga rumah tangga yang mereka bangun benar-benar mendamaikan, menenteramkan, dan mengundang rindu kala tak bertemu dalam beberapa masa.

Salah satu cara yang bisa digapai agar rumah tangga serasa surga, agar kita bisa mencicipi surga di rumah tangga yang dibangun, adalah dengan melakukan amalan yang telah digariskan oleh Al-Qur’an Al-Karim.

Di surga, orang-orang beriman tidak mendengarkan kalimat yang sia-sia dan berpeluang menimbulkan dosa (Qs. Al-Waqi’ah [56]: 25), mereka juga tidak mendengarkan perkataan yang sia-sia (Qs. Al-Ghasyiyah [88]: 11) dan tidak menyimak perkataan pemicu dusta (Qs. An-Naba’ [78]: 35).

Di surga, tak ada perkataan yang sia-sia. Tak ada kalimat yang berpeluang menjadi pemicu dosa. Tidak didengar pernayataan-pernyataan bohong atau dusta.

Di surga, orang-orang hanya mendengarkan kalimat yang bermakna ucapan selamat, doa kesejahteraan, kalimat yang menyejukkan, menenteramkan hati, dan pernyataan yang menjadikan penghuninya bersemangat untuk melakukan amal-amal kebaikan.

Sedikit berupaya dan bereksperimen, satu bagian inilah yang amat mungkin diamalkan di rumah tangga yang kita bangun. Kerjakan apa yang menjadi anjurannya. Jauhi dan tinggalkan apa yang dilarang. Jangan sekali-kali didekati, apalagi dikerjakan.

Sampaikan kabar gembira ini kepada istri-istri, anak-anak, dan anggota keluarga yang lain. Lalu buatlah kesepakatan yang paling sederhana; ucapkan salam saat masuk dan keluar rumah sembari berdoa dengan kalimat basmalah.

Selanjutnya, biasakan menggunakan rumah untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Gunakan rumah untuk berdzikir, membaca subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar, dan kalimat thayyibah lainnya.

Gunakan rumah untuk menikmati bacaan Al-Qur’an. Sebab malaikat akan masuk ke dalamnya, dan setan pasti keluar dari dalamnya. Gunakan rumah untuk mendirikan shalat-shalat sunnah, majlis ta’lim, aksi sosial kemasyarakatan, dan sebagainya.

Sebaliknya, jangan biarkan kebiasaan buruk terjadi di dalam rumah kita. Hindari perlahan-lahan kalimat yang kasar. Jangan sampai ada teriakan. Berbisik-bisiklah ketika berkata dua orang saja. Gunakan suara ala kadarnya ketika berdiskusi atau ngobrol santai dengan anggota keluarga lainnya.

Konon disebutkan, orang yang marah memang tak bisa menggunakan kalimat yang lembut. Orang yang marah pasti melontarkan kalimat-kalimat yang kasar. Sebab, marah tempatnya di neraka. Sedangkan surga yang dihadiahkan kepada orang-orang beriman tak mengenal teriakan apalagi kalimat kasar.

Berbisiklah saat berdua dengan pasangan. Berkata lembutlah kepada seluruh anggota keluarga. Terus menerus. Jangan pernah berhenti. Insya Allah, rumah tangga kita akan serasa surga.

Hanya serasa. Hanya mencicipi.

Sebab kenikmatan surga jauh lebih nikmat dari itu. Nikmat surga benar-benar tak terbayang oleh pikiran, belum pernah dilihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan benar-benar belum dirasakan oleh seluruh panca indra.

Benar-benar nikmat yang penuh kejutan



*sumber keluarga cinta