Mendikte Tuhan
Oase ImanRayuan iklan membuat tumpukan keinginan kian menggunung. Bahkan terbawa dalam renung. Hingga ibadah-ibadah yang dilakukan serba tanggung. Terbayang THR, tetangga sudah punya mobil baru lagi, hingga tanah kelahiran, kampung.
Mulai mendikte Tuhan dalam pinta. Fokus pada keinginan dalam doa. Berdoa seperti bisnis, selalu berpikir dapat apa?
Bila tak terkabul, dengan mudah berucap, “Tuhan tak sayang, Tuhan tak adil?”
Segunung fonis ia bawa, padahal tangannya masih menengadah.
Air matanya kering-kerontang dalam doa. Namun, saat melihat bintang pujaan di layar kaca, tersakiti. Air matanya tak terbendung. Tangis suka cita atau duka cita yang keluar. Bingung membedakannya.
Bila guru mendikte murid. Saat berlatih menulis, itu bagus!
Tapi mendikte Tuhan dalam doa? Oh malang nian hamba, ya Rabb.
Sampai kudapati sebuah jawaban. Saat dunia makin bergetah. Ada secercah harapan. Dari nasehat seorang sahabat.
“Pada Allah azza wa jalla harusnya fokus memberikan amal terbaik kita, bukan pada apa yang kita inginkan” ( Ellina Supendy )
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>