Perpisahan yang berkah

Perpisahan yang berkah

 Ini adalah pilihan dalam amal kebaikan, do'akanlah agar perpisahan itu membawa kebaikan, karena ukhuwah tidak akan musnah.

Berpisah dengan doa, tanpa kebencian dan cacian.

Tetaplah beramal karena kita akan ditanya atas apa yang kita lakukan sendiri. Setiap kita membutuhkan saudara nya, hingga di hari pengadilan pun, kita membutuhkan saudara kita.

Apa yang diperselisihkan tidak pernah lebih berharga dari hidayah, ilmu dan ukhuwah. Maka maknai lah perpisahan itu sebagai pilihan amal kebaikan, sebagai mana Musa dan Khidhir yang akhirnya harus berpisah.

Setiap orang punya keburukan sebagai mana ia juga punya kebaikan.

Ketahuilah, bahwa kebaikan kebaikan itu akan bertemu diakhirnya. Aamiin

Ingatlah pesan Al Qur'an, Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsir nya,

As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: _sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesama kalian._ (Al-Anfal: 1) Yakni *janganlah kalian saling mencaci.*

Sehubungan dengan hal ini kami akan mengetengahkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Ahmad ibnu Ali ibnu Al-Musanna Al-Mausuli di dalam kitab Musnad-nya. Ia mengatakan:

حَدَّثَنَا مجاهد بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بَكْرٍ حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ شَيْبَةَ الْحَبَطِيُّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ، إِذْ رَأَيْنَاهُ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ ثَنَايَاهُ، فَقَالَ عُمَرُ: مَا أَضْحَكَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي؟ فَقَالَ: "رَجُلَانِ جَثَيَا مِنْ أُمَّتِي بَيْنَ يَدَيْ رَبِّ الْعِزَّةِ، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، فَقَالَ أَحَدُهُمَا: يَا رَبِّ، خُذْ لِي مَظْلَمَتِي مِنْ أَخِي. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَعْطِ أَخَاكَ مَظْلَمَتَكَ. قَالَ: يَا رَبِّ، لَمْ يَبْقَ مِنْ حَسَنَاتِي شَيْءٌ. قَالَ: رَبِّ، فَلْيَحْمِلْ عَنِّي مِنْ أَوْزَارِي" قَالَ: وَفَاضَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبُكَاءِ، ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ ذَلِكَ لَيَوْمٌ عَظِيمٌ، يَوْمٌ يَحْتَاجُ النَّاسُ إِلَى مَنْ يَتَحَمَّلُ عَنْهُمْ مِنْ أَوْزَارِهِمْ، فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى لِلطَّالِبِ: ارْفَعْ بَصَرَكَ فَانْظُرْ فِي الْجِنَانِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: يَا رَبِّ، أَرَى مَدَائِنَ مِنْ فِضَّةٍ وَقُصُورًا مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّلَةً بِاللُّؤْلُؤِ، لِأَيِّ نَبِيٍّ هَذَا؟ لِأَيِّ صِدِّيقٍ هَذَا؟ لِأَيِّ شَهِيدٍ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا لِمَنْ أَعْطَى الثَّمَنَ. قَالَ: يَا رَبِّ، وَمَنْ يَمْلِكُ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَنْتَ تَمْلِكُهُ. قَالَ: مَاذَا يَا رَبِّ؟ قَالَ: تَعْفُو عَنْ أَخِيكَ. قَالَ: يَا رَبِّ، فَإِنِّي قَدْ عَفَوْتُ عَنْهُ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: خُذْ بِيَدِ أَخِيكَ فَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ". ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ، فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُصْلِحُ بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"

telah menceritakan kepada kami Mujahid ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Syaibah Al-Habti, dari Sa'id ibnu Anas, dari Anas r.a. yang mengatakan,

"Ketika Rasulullah Saw. sedang duduk, kami melihat beliau tersenyum sehingga kelihatan gigi serinya.

Maka Umar berkata, 'Apakah yang membuat engkau tertawa, wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu?'

Rasulullah Saw. menjawab, 'Ada dua orang lelaki dari kalangan umatku sedang bersideku di hadapan Tuhan Yang Mahaagung, Mahasuci, lagi Mahatinggi. Lalu salah seorangnya berkata, 'Wahai Tuhanku, ambillah hakku dari saudaraku ini.'

Alloh Swt. berfirman, 'Berikanlah kepada saudaramu itu akan haknya.' Lelaki yang dituntut berkata, 'Wahai Tuhanku, tiada sesuatu pun dari amal baikku yang tersisa." Lelaki yang menuntut berkata, 'Wahai Tuhanku, bebankanlah kepadanya sebagian dari dosa-dosaku'."

Anas melanjutkan kisahnya, "Lalu kedua mata Rasulullah Saw. mencucurkan air matanya, kemudian bersabda, 'Sesungguhnya hari itu adalah hari yang sangat berat, yaitu hari manusia memerlukan orang-orang yang menanggung sebagian dari dosa-dosa mereka.'

Maka Allah Swt. berfirman kepada si penuntut, 'Angkatlah penglihatanmu dan lihatlah ke surga-surga itu!' lelaki itu mengangkat kepalanya dan berkata, 'Wahai Tuhanku, saya melihat kota-kota dari perak dan gedung-gedung dari emas yang dihiasi dengan batu permata. Untuk nabi manakah ini, untuk siddiq siapakah ini, dan untuk syahid siapakah ini?'

Alloh berfirman, 'Untuk orang yang mau membayar harganya.' Lelaki itu bertanya, 'Siapakah yang memiliki harganya?' Allah berfirman, 'Engkau pun memiliki harganya.' Lelaki itu bertanya, 'Apakah harganya, wahai Tuhanku?' Allah berfirman, 'Kamu maafkan saudaramu ini.' Lelaki itu berkata, 'Wahai Tuhanku sesungguhnya sekarang saya memaafkannya.'

Alloh Swt. berfirman, 'Peganglah tangan saudaramu ini, dan masuklah kamu berdua ke surga'." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah, dan perbaikilah hubungan di antara sesama kalian. Karena sesungguhnya Allah kelak di hari kiamat akan memperbaiki hubungan di antara sesama orang-orang mukmin.
tafsir Ibnu Katsir, surah Al Anfal : 1

Dikutip oleh m.n.k
Rizkiku ada di langit, Bukan di tempat kerja

Rizkiku ada di langit, Bukan di tempat kerja

 Belajar Tawakal Kepada Putri 10 Tahun

Hatim Al Ashom, ulama besar muslimin, teladan kesederhanaan dan tawakal.

Hatim suatu hari berkata kepada istri dan 9 putrinya bahwa ia akan pergi utk menuntut ilmu.

Istri dan putri putrinya keberatan. Krn siapa yg akan memberi mereka makan.

Salah satu dari putri-putri itu berusia 10 tahun dan hapal Al Quran.

Dia menenangkan semua: Biarkan beliau pergi. Beliau menyerahkan kita kepada Dzat Yang Maha Hidup, Maha Memberi rizki dan Tidak Pernah mati!

Hatim pun pergi
Hari itu berlalu, malam datang menjelang…








Mereka mulai lapar. Tapi tdk ada makanan. Semua mulai memandang protes kepada putri 10 tahun yg tlh mendorong kepergian ayah mereka.

Putri hapal Al Quran itu kembali meyakinkan mereka: Beliau menyerahkan kita kepada Dzat Yang Maha Hidup, Maha Memberi rizki dan Tidak Pernah mati!

Dlm suasana spt itu, pintu rumah mereka diketuk. Pintu dibuka. Terlihat para penunggang kuda. Mereka bertanya: Adakah air di rumah kalian?

Penghuni rumah menjawab: Ya, kami memang tidak punya apa-apa kecuali air.

Air dihidangkan. Menghilangkan dahaga mereka.

Pemimpin penunggang kuda itu pun bertanya: Rumah siapa ini?

Penghuni rumah menjawab: Hatim al Ashom.

Penunggang kuda terkejut: Hatim ulama besar muslimin…..

Penunggang kuda itu mengeluarkan sebuah kantong berisi uang dan dilemparkan ke dalam rumah dan berkata kpd para pengikutnya: Siapa yg mencintai saya, lakukan spt yg saya lakukan.

Para penunggang kuda lainnya pun melemparkan kantong-kantong mereka yg berisi uang. Sampai pintu rumah sulit ditutup, krn banyaknya kantong-kantong uang. Mereka kemudian pergi.

Tahukah antum, siapa pemimpin penunggang kuda itu…?
Ternyata Abu Ja’far Al Manshur, amirul mukminin.

Kini giliran putri 10 thn yg telah hapal Al Quran itu memandangi ibu dan saudari-saudarinya. Dia memberikan pelajaran aqidah yg sangat mahal sambil menangis:

JIKA SATU PANDANGAN MAKHLUK BISA MENCUKUPI KITA, MAKA BAGAIMANA JIKA YG MEMANDANG KITA ADALAH AL KHOLIQ!

Terimakasih nak, kau telah menyengat kami yg dominasi kegelisahannya hanya urusan dunia.
Hingga lupa ada Al Hayyu Ar Rozzaq

Hingga lupa jaminan Nya: dan di LANGIT lah RIZKI kalian…

Bukan di pekerjaan…bukan di kebun…bukan di toko…tapi DI LANGIT!

Hingga kami lupa tugas besar akhirat

اللهم لا تجعل الدنيا أكبر همنا

Duhai Allah, jangan Kau jadikan dunia sebagai kegundahan terbesar kami….

Budi Ashari, Lc
-Madrasah Al Fatih-

Barokallahu fiikum….

https://www.eramuslim.com/oase-iman/rizki-ku-ada-di-langit-bukan-di-tempat-kerja.htm#.W6dalBFoTcs
Mereka Mengajarkan Kita !

Mereka Mengajarkan Kita !

Hal yang sangat menyedihkan adalah saat kita jujur pada teman, dia berdusta pada. Saat dia telah berjanji padamu, dia mengingkarinya. Saat kau memberikan perhatian, dia tidak menghargainya. Hal yang sangat mengecewakan adalah kau dibutuhkan hanya pada saat dia dalam kesulitan.

Jangan pernah menyesali atas apa yang terjadi padamu! Sebenarnya hal-hal yang kau alami sedang mengajarimu. Saat temanmu berdusta padamu atau tidak menepati janjinya padamu atau dia tidak menghargai perhatian yang kau berikan, sebenarnya dia telah mengajarimu agar kau tidak berperilaku seperti dia.

Bila kau dibutuhkan hanya pada saat dia sedang kesulitan sebenarnya juga telah mengajarimu untuk menjadi orang yang arif dan santun, kau telah membantunya saat dia dalam kesulitan.

mereka mengajarkan kepada kita oase iman
Hal yang menyakitkan adalah saat kau mencintai seseorang dengan tulus tapi dia tidak mencintaimu atau dia yang kau sayangi tiba-tiba mengirimkan kartu undangan pernikahannya, sebenarnya hal ini sedang mengajarimu untuk RIDHA menerima takdir-Nya.

Begitu banyak hal yang tidak menyenangkan yang sering kita alami atau bertemu dengan orang-orang yang menjengkelkan, egois dan sikap yang tidak mengenakkan. Dan betapa tidak menyenangkan menjadi orang yang dikecewakan, disakiti, tidak diperdulikan/dicuekin, atau bahkan dicaci dan dihina. Sebenarnya orang-orang tersebut sedang mengajarimu untuk melatih membersihkan hati dan jiwa, melatih untuk menjadi orang yang sabar dan mengajarimu untuk tidak berperilaku seperti itu.

Mungkin ALLAH menginginkan kau bertemu orang dalam berbagai macam karakter yang tidak menyenangkan sebelum kau bertemu dengan orang yang menyenangkan dalam kehidupanmu dan kau harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia itu yang telah mengajarkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupmu.

Waktu Begitu Cepat Berlalu

Waktu Begitu Cepat Berlalu

Subuh baru saja usai. Mentari pagi bergerak perlahan, meninggalkan peraduannya, untuk menerangi bumi, menjalani titah Illahi. Detik demi detik berselang, berganti menit, kemudian jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Kini……fajar 2018 telah terbit.Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu.

Ketika kuingat kembali, sudah lama nian aku pergi meninggalkan kampung halaman. Teman mainku di kala anak-anak, kini sudah menjadi orang tua anak-anak. Bayi-bayi lucu yang dulu sering kugendong dan kuajak bermain telah beranjak dewasa dan tak kukenali lagi.

Orang-orang tua satu demi satu telah pergi, memenuhi panggilan Ilahi. Generasi baru telah datang. Yang dulu anak-anak, kini sudah mempunyai anak. Yang dulu remaja, kini sudah hidup berumah tangga.

Padahal, masih amat sedikit kerja yang terselesaikan, masih sedikit amal yang terlaksana, sementara masih sangat banyak pekerjaan yang belum tersentuh, dan masih banyak amal yang terabaikan, namun waktu tak bisa kembali diputar, untuk dikembalikan ke saat semula. Dan…..menyesali diri tanpa disertai perbaikan pun bukanlah hal yang berguna.

Teramat wajar jika dari sejak awal Alloh berwasiat kepada kita:” Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”(Q.S.Al ‘Ashr: 1-3).

Alloh Maha Tahu tentang diri kita. Alloh, Maha Tahu resep hidup yang tepat bagi diri kita. Bahkan Alloh Maha Sayang kepada kita, sehingga kita diberi kemerdekaan untuk memilih jalan yang kita suka.

Alloh tunjukkan kepada kita dua jalan-Nya. Yaitu jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan (“maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.Q.S. Asy Syams : 8-10)

Juga, Alloh telah tunjukkan kepada kita jalan kebajikan dan kejahatan (“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan : ialah jalan kebajikan dan kejahatan”. (Q.S. Al Balad : 10).

Kita tinggal memilih. Pilih selamat dan mendapat surga, atau pilih yang lainnya. Karenanya Alloh berfirman : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thogut dan beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S.Al Baqoroh : 256).

Sahabat, selagi masih ada kesempatan untuk berbuat, marilah kita gunakan sisa usia kita sebaik-baiknya, tuk menghimpun bekal menghadap Sang Pencipta. Agar kita tak menyesal di kemudian hari, karena telah menggunakan masa muda untuk mengerjakan hal yang sia-sia.

Kita catat kuat-kuat dalam hati kita Sabda Rasululloh : “Gunakan waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, gunakan waktu mudamu sebelum tuamu, gunakan waktu kayamu sebelum miskinmu, gunakan waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan gunakan waktu hidupmu sebelum matimu”.

Sungguh amat merugi bila kita gunakan waktu ini untuk sebuah kesia-siaan. Karena melakukan sebuah amal saleh pun kita harus berhitung dengan cermat. Jangan-jangan diantara amal saleh kita ada terselip perasaan ria, jangan-jangan diantara amal saleh kita ada asa untuk memperoleh pujian, jangan-jangan diantara amal saleh kita ada pamrih yang tak terkatakan. Astaghfirulloohal ‘adziim, na’udzu billahi min dzaalik. Semoga kita terlindung dari semua itu.

Alloh mengingatkan kita dalam firman-Nya : “Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baikanya. (Q.S. Al Kahfi : 103-104).

Terakhir, marilah kita resapi firman Alloh ini agar kita selalu ingat: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh, lalu Alloh menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”. ( Q.S. Al Hasyr : 18-19).

Semoga Alloh berkenan untuk senantiasa melindungi kita dari kesia-siaan, dan menetapkan petunjuk-Nya atas diri kita.

Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’daidz hadaitanaa wahablanaa milladunka rahmatan innaka antal wahhaab. Robb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah rahmat dari sisi Engkau; sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (Q.S. Ali Imron : 8) Aamiin. Wallohu a’lam bishshowwab.
Utusan Syahwat

Utusan Syahwat

 “Janganlah mengikuti pandangan (pertama) dengan pandangan (yang kedua), karena bagimu (keringanan) untuk pandangan pertama, namun tidak untuk pandangan yang kedua.” (HR.Ahmad dari Buraidah dari ayahnya).

Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati. Sya’ir ini sangat populer di kalangan pecinta musik dan lagu. Sehingga penulis sempat ragu untuk mencantumkan sya’ir ini karena khawatir menimbulkan kesan latah dan ikut-ikutan. Akan tetapi secara substansi syair itu benar dan bahkan jauh sebelum muncul dari mulut mereka para ulama telah menyebutkannya. Toh, mutiara tetap saja mutiara meskipun keluar dari mulut anjing.

Antara mata dan hati terdapat pintu terbuka dan jalan penghubung antara keduanya. Apa yang dikonsumsi oleh mata, itu pula yang akan mendominasi hati. Bahkan masuknya pengaruh pandangan mata ke dalam hati melebihi kecepatan masuknya udara ke tempat yang kosong.

Jika yang dikonsumsi mata adalah sesuatu yang haram maka hati yang merupakan komandan seluruh jasad akan ternoda, dia tidak menyuruh kecuali yang haram.

Di antara ulama menggambarkan hubungan imbal balik antara mata dan hati dengan dialog imajiner yang terjadi antara keduanya. Mata berkata kepada hati: “Wahai hati, mengapa engkau menyuruhku melihat sesuatu yang haram?”

Hati mendebat mata dan berkata: “Itu gara-gara kamu juga, karena tadinya engkau melihat yang haram, sehingga mengotoriku, maka akupun menyuruh dengan sesuatu yang haram pula.” 



Lalu datanglah anggota badan lain sebagai hakim dan berkata: “Kalian berdua ibarat dua orang, yang satu lumpuh namun bisa melihat dan yang satu buta tapi mampu berjalan. Ketika si lumpuh melihat buah yang menggiurkan sementara dia tak mampu meraihnya karena lumpuh, dia pun mengabarkan kepada si buta yang mampu berjalan. Lalu untuk mendapatkannya keduanya bekerja sama, kakinya menggunakan kaki si buta, sedangkan matanya menggunakan mata si lumpuh. Setelah itu keduanya sama-sama merasakan lezatnya buah tersebut.

Hati dan mata, keduanya seperti dua lampu yang dipasang paralel. Jika satu tombol dipencet yang lain ikut menyala. Jika salah satu melakukan aktivitas maka yang lain akn terkena imbasnya.

Siklus Dosa Berawal dari Mata

Apa yang dikonsumsi mata, pengaruhnya terus mengalir mengikuti siklusnya. Tak akan berhenti pada satu titik saja, bahkan tak cukup hanya sekali putaran dia mempengaruhi aktivitas jasad seluruhnya. Seluruh dosa bisa bermula dari mata, meluapnya syahwat dari bendungannya paling sering berawal darinya juga.

Benarlah apa yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim bahwa ‘pandangan mata adalah juru pengintai syahwat dan utusannya.’ Pasalnya, dialah yang bertugas mencari mangsa, dia pula yang pertama mencicipinya dan dia pula yang akan menyalurkannya kepada hati sebagai panglimanya, selanjutnya hati yang akan membagikannya kepada seluruh anggota badan sebagai pasukannya.

Tentang bagaimana siklus dosa mengalir, terutama dosa zina dijelaskan dengan sangat apik oleh Ibnul Qayyim di dalam bukunya Al-Jawabul Kafi.

Pertama, bermula dari pandangan. Khususnya jika obyek yang dipandang adalah wanita (jika yang memandang laki-laki), atau sebaliknya, bisa juga berupa gambar atau film. Dari pandangan ini, hampir pasti meninggalkan bekasnya, seberapapun kadarnya.

Kedua, siklus akan beralih dari pandangan menuju lintasan hati. Hati merekam apa yang dilihatnya, wajahnya, auratnya dan apapun yang berkesan setelah pandangan mendarat pada sasarannya. Pada terminal ini, teramat sulit untuk membendung bola salju yang telah menggelinding, hingga sampailah ia pada siklus berikutnya yang lebih akut.

Ketiga, dari lintasan hati akan melahirkan pikiran. Indahnya obyek pandangan senantiasa terbayang di benaknya hingga hati sibuk memikirkanya. Diapun berangan: ‘Seandainya saja…’, ‘Mungkinkah jika aku…’, ‘Bagaimana caranya…’ dan angan-angan lain yang menyibukkan sebagian aktivitas pikiran dan hatinya. Bayang-bayang itu pula yang memenuhi rongga hati dan otaknya.

Keempat, Di saat akal sibuk memikirkannya, hati antusias untuk membayangkannya, secara otomatis, siklus berikutnya telah dimasuki, yakni hadirnya syahwat. Ya, serta merta syahwat akan hadir di saat orang membayangkan wanita telanjang, atau berfikir seandainya yang menjadi aktor dalam film porno yang dilihatnya itu adalah dirinya. Pada titik ini, nasib imannya sudah berada di ujung tanduk, benteng pertahanannya sudah nyaris ambruk. Karena ia memasuki fase yang lebih berbahaya.

Kelima, Hadirnya syahwat akan melahirkan ‘iradah’, kemauan untuk melampiaskannya. Jika dia telah membayangkan orang berzina, niscaya timbul kemauan dia untuk melakukannya.

Siklus keenam, jika iradah semakin menguat maka terciptalah ‘azimah jazimah’, tekad yang kuat atau gejolak nafsu yang membara. Dan jika tekad telah bulat, perbuatan zina akan sulit untuk dibendung. Siklus ini sulit dihentikan bila terlanjur berputar. Tak heran jika kebanyakan orang melakukan pemerkosaan bermula dari menonton film porno. Dan umumnya tidak puas berhenti di satu titik sebelum dia bertaubat nashuha atau dihentikan sanksi yang akan disandangnya.

Musibah dalam Tayangan dan Media Masa

Media yang mestinya berfungsi sebagai sumber informasi rupanya telah berubah menjadi penyebar virus. Media menjadi pemberi kontribusi terbesar terhadap gejolak birahi secara massal, tak pandang usia, status sosial maupun tingkat ekonomi. Orang yang ingin mendapatkan ‘sedikit’ manfaat darinya pun akhirnya harus ‘rela’ mentolelir iklan yang saru dan tabu misalnya.

Tidak tanggung-tanggung, 24 jam penuh tayangan TV dapat disaksikan. Tanpa menafikan adanya manfaat yang disuguhkan. Namun yang pasti kapanpun orang ingin melihat yang haram diapun dapat memilih channel-nya. Maka jika banyak generasi pemerkosa, atau banyaknya gadis yang hilang kehormatannya, mestinya para penanggung jawab acara-acara di TV itu turut bertanggung jawab.

Tak kalah noraknya dengan acara-acara di TV, koran dan tabloid-tabloid jalanan berkeliaran lengkap dengan wanita yang menjajakan kehormatannya. Di pinggir jalan, siapapun bisa memelototinya atau jika punya uang bisa membelinya.

Solusi Syar’i

Melihat begitu besarnya pengaruh pandangan mata, sementara setan-setan menebarkan sasaran di setiap sudut dan lokasi yang paling strategis, kesabaran untuk menahan pandangan lebih dituntut. Janganlah kita terlalu percaya diri mengumbar pandangan, atau meremehkan pandangan terhadap obyek yang haram lalu menyangka tak terjadi akibat apa-apa. Karena bertahan untuk tidak melihat yang haram betapapun beratnya, itu masih lebih ringan daripada membendung pengaruh setelah melihatnya. Untuk itulah di antara salaf berkata: ‘ash-shabru ‘ala ghadhil bashar aisar minash shabri ‘ala alamin ba’dahu’, bersabar untuk menahan pandangan lebih mudah dari pada bersabar atas akibat setelah melihatnya.”

Syari’at memberikan solusi dari tindak perzinahan dan pemerkosaan sampai ke akarnya, memotong jalan mulai dari start-nya. Allah berfirman:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya..” (an-Nuur: 30)

Dan firman-Nya:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya..” (an-Nuur: 31)

Imam Al-Qurthubi menyebutkan di dalam tafsirnya: “(Kedua) ayat tersebut tidak menyebutkan menahan pandangan dari apa dan menjaga kemaluannya dari apa, karena otomatis telah dimaklumi, yakni menjaganya dari yang haram, bukan yang halal.”

Nabi . bersabda:
“Janganlah mengikuti pandangan (pertama) dengan pandangan yang kedua, karena bagimu (keringanan) untuk pandangan pertama, namun tidak untuk pandangan yang kedua.” (HR Ahmad, diriwayatkan juga oleh Muslim dan At-Tirmidzi dengan redaksi yang hampir sama)

Pandangan pertama yang dimaksud adalah pandangan yang tidak disengaja mengarahkannya. Nabi pernah ditanya tentang pandangan tiba-tiba yang tidak disengaja beliau perintahkan untuk memalingkan pandangannya. Termasuk di sini laki-laki memandang wanita yang bukan istri dan bukan pula mahramnya. Karena Nabi pernah memalingkan wajah seorang sahabat yang ketahuan melihat seorang wanita, meskipun wanita tersebut berbusana lengkap. Lantas bagaimana halnya dengan memandang wanita yang telanjang atau nyaris telanjang?

Di samping menahan pandangan, mencegah kemungkaran adalah kewajiban mendesak yang harus segera kita tunaikan dalam urusan ini. Bagaimana kita hendak menahan pandangan sementara kita biarkan setan-setan membuka paksa mata kita dan membanjirinya dengan berjubel pemandangan yang haram?

Nabi bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, itulah selemah-lemah iman.” (HR Muslim)

*Majalah Ar Risalah 
* link foto
Registrasi 5 Kali Sehari

Registrasi 5 Kali Sehari

Takut diblokir, ramai orang berbondong-bondong melakukan Registrasi Ulang SIM Card. Dengan batas waktu: sampai akhir Pebruari 2018. Atau diblokir Pemerintah.
Bagaimana dengan Registrasi 5 Kali Sehari ke Allah?

Yang kita tak tahu sampai kapan batas waktu kita?

Tak takut diblokir Penguasa Jagad?

🌺 اِسْتَجِيْبُوْا لِرَبِّكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا مَرَدَّ لَهٗ  مِنَ اللّٰهِ  ؕ  مَا لَكُمْ مِّنْ مَّلْجَاٍ يَّوْمَئِذٍ وَّمَا لَكُمْ مِّنْ نَّكِيْرٍ

Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (atas perintah dari Allah). Pada hari itu kamu tidak memperoleh tempat berlindung, dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).

(QS. Asy-Syuraa: Ayat 47)

🌺 اَ لَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا

(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan Dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.

(QS. Al-Kahf: Ayat 104)

🌺 اُولٰۤئِكَ  الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَلَا  نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًـا

Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sialah amalan mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.

(QS. Al-Kahf: Ayat 105)

Berdoalah! Doa Itu Mengubah Keadaan

Berdoalah! Doa Itu Mengubah Keadaan


Kekuatan doa. Ya kekuatan doa, sebuah pengharapan yang bisa membuat keadaan berubah. Seperti cerita hikmah yang akan dipaparkan berikut ini.

Oleh karena itu, doakanlah terus saudara-saudara muslim kita yang sedang tertindas seperti di Rohingya, Palestina, Irak, Suriah, Afghanistan dan di belahan bumi manapun. Doakan juga bangsa kita, bangsa Indonesia pastinya. Doakan agar Indonesia menjadi negara yang kuat, makmur dan sejahtera rakyatnya serta adil pemimpinnya.

Doa bisa membuat terlepasnya mereka dari penindasan kaum kuffar, insha Allah. Jangan letih untuk meminta, jangan letih untuk berdoa dan jangan letih bersandar hanya kepada Allah.

***

True Story kisah tercecer dari pelaksanaan haji tahun 2016

Seorang perempuan tua dari Aljazair menangis di bandara. Ia ketinggalan pesawat yang akan membawanya menunaikan ibadah haji.

Ia menangis karena kerinduannya pada ALLAH dan keinginan untuk menjawab seruan-Nya..

ALLAH mendengar tangisan hamba-Nya. Diantara Aljazair dan Jeddah.. diantara langit dan bumi..

Pilot pesawat yang mengangkut jamaah haji itu mendengar suara gemeretak pada mesin pesawat. Hal itu memaksanya untuk kembali memutar pesawat ke Aljazair.

Di bandara, saat seluruh penumpang diturunkan, petugas bandara tidak menemukan ruangan tunggu yang kosong kecuali ruangan tempat dimana perempuan tua itu menangis.

Bisa dibayangkan bagaimana takjubnya ia karena melihat teman2 nya sesama jamaah haji datang kembali seakan datang khusus untuk menjemputnya…

Ia merasa seperti bermimpi..

Dari mulutnya tidak henti2 nya ia mengucapkan kata syukur..

Ajaibnya lagi setelah diperiksa dengan seksama ternyata keadaan pesawat itu baik dan tidak ada kerusakan sama sekali.

Pesawat dengan 200 penumpang itu kembali ke bandara hanya untuk menjemput seorang perempuan tua yang rindu ingin menjawab seruan Tuhan-Nya.

Air mata apa yang ia teteskan sehingga mampu mengetuk pintu langit ??

Keyakinan apa yang ia miliki sehingga mampu merubah jalannya takdir ??

Bila segalanya berlalu darimu, bila semua pintu telah tertutup,tetapi engkau tetap bergantung dan berharap pada ALLAH, maka IA akan selalu ada untukmu.

Kisah ini menjadi bukti bahwa keajaiban doa masih terjadi, dizaman yang bukan zaman Nabi-Nabi..

sumber : postingan di FB
Pesantren Reyot Pencetak Ahli Kitab Kuning

Pesantren Reyot Pencetak Ahli Kitab Kuning

Bangunan itu sebuah rumah non permanen yang hanya berdindingkan anyaman bambu dan kayu. Atapnya ditutupi genting. Dengan terpaksa, spanduk iklan rokok menutupi lubang atap. Bangunan atau rumah tersebut sebenarnya lebih layak disebut gubuk.






Di depan pintu masuk gubuk tersebut, berpasang-pasang sandal tersusun berjejer dengan rapi. Pemilik dari berpasang-pasang sandal tersebut sedang sibuk di dalam gubuk.


Di hadapan para pemilik sandal itu, sebuah kitab terbuka. Tulisannya pakai huruf Arab, tapi tanpa harakat atau tanda baca, lazim disebut dengan tulisan Arab gundul.

Muhammad Amir Hamzah duduk di jejeran para santri. Ia terlihat sedang asyik dengan kitab Fathul Qarib karya Abu Abdillah Muhammad bin Qosim al-Ghazzi. Meskipun tulisan di dalam kitab tersebut adalah tulisan Arab gundul, Amir tetap lancar membaca dan menerjemahkannya.

Amir menjabarkan i’rab, perubahan harakat di akhir kalimat. Terkadang melafalkan maraji’-nya. Sangat lihai, padahal usianya baru 12 tahun. Kelihaian Amir membaca Arab gundul bukan didapat dengan mudah dan singkat. Bocah 12 tahun yang berasal dari Pulau Karimun Jawa itu sudah menimba ilmu lughoh di pesantren yang berlokasi di Grobogan, Jawa Tengah, itu selama sembilan bulan.

Namun, Amir memang tergolong santri yang cerdas. Kemampuannya dalam membaca dan menerjemahkan kitab tersebut itu berkembang pesat. Para santri pada umumnya membutuhkan waktu minimal tiga tahun agar dapat menjelajahi isi kitab kuning, sebutan lain kitab rujukan keilmuan Islam.

Kemampuan Amir tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran didikan Kiai Amin Fauzan Badri. Setiap pagi, tiap santri harus belajar ‘privat’. Setiap santri belajar “empat mata” dengan sang kiai selama minimal satu jam. Tidak boleh kurang.

“Di sini tidak ada masa pengajian bersama-sama dimulai. Kalau hari ini ada santri datang, berarti besok pagi dia mulai belajar. Jadi, antara satu santri dengan santri lainnya, mulainya beda dan khatamnya juga beda,” kata Kiai Amin kepada kemenag.go.id.

Teknik belajar kitab Arab gundul Kiai Amin ini dikenal dengan nama Al-Iktishor. Kiai Amin ingin berbagi pengalaman merumuskan cara membaca kitab Arab gundul.

“Saya berfikir, bahwa membaca kitab itu mestinya mudah, karena susunan dalam bahasa Arab itu hanya berupa Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah. Jika dua Jumlah ini dikuasai, semua akan jadi mudah,” kata dia.

Awalnya akan dipelajari pokok susunannya berupa jumlah ismiyah dan fi’liyah. Kemudian selanjutnya dipelajari pelengkapnya, yaitu jar-majrur, fi’il-fail, maf’ul bih, maf’ul muthlaq, dan lain-lainnya.

Kisah Kiai Amin membuat kitab Al-Ikhtisor terbilang cukup menyentuh dan perjuangan yang keras. Awalnya, Kiai Amin menyusun kitab itu dengan penuh perjuangan. Usai men-tashih-kan ke gurunya di Pesantren Mathaliul Fataah, Kajen, Margoyoso, Pati, Kiai Amin muda merasakan kegundahan. Kegundahan yang dirasakan tersebut dikarenakan sang guru meminta Kiai Amin membuka buku catatan Al-Ikhtisor di rumahnya. Kiai Amin pun terlarang membukanya di jalan.

Sesampai di rumah, Kiai Amin terkejut. Semua tulisan tangannya digores tinta merah oleh sang guru yang menandakan bahwa pekerjaan itu salah semua. Akibatnya, Kiai Amin pun sempat patah semangat dan berencana tidak melanjutkan penyusunan kitab itu.

Akan tetapi, ada satu kalimat yang ditulis gurunya di halaman akhir catatan Al-Ikhtisor. Kalimat itu mengurungkan keinginan Kiai Amir menyerah.

” Ada tulisan tangan guru saya tadi, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil,” ucap dia.

Semangat inilah yang dia tularkan kepada para santrinya walaupun kondisi fisik pesantren jauh dari memadai.

sumber : ngelmu
Teman Sejati

Teman Sejati

Bismillah,

7 Macam Teman ( hanya satu yg akan sampai ke Surga)

1. Ta'aruffan yaitu teman kenal secara kebetulan seperti bertemu dikereta,  halte bus,  Cafe dll.

2. Taariihan yaitu teman karena faktor sejarah seperti teman se kampung,  sekost,  se almamater dll

3. Ahammiyyatan teman karena kepentingan (teman bisnis, politik, dll)

 4. Faarihan yaitu teman karena sehobi (hobi motor, nyanyi,  bola dll)

5. Amalan yaitu teman karena profesi seperti dokter, guru,  dll)

 6. Aduwwan yaitu teman yang terlihat seperti baik tapi sebenarnya penuh kebencian.

7. Hubban Iimaanan yaitu teman yang suka MENGINGATKAN mu serta MENGAJAK mu selalu kejalan Allah SWT.


Dari ke-7 macam teman ini,  no 1-6 akan sirna di akhirat, dan yang tersisa hanya teman nomor 7. Namun, teman nmor 7 ini selalu dipandang sebelah mata,  selalu dinilai sok alim,  juga tidak menghasilkan duniawi,  apalagi urusan materi.
Padahal,  di akhirat nanti teman nomor '7' inilah yng sejatinya 'bermanfaat'

 Allah berfirman : "teman-teman karib pada hari itu (kiamat)  nanti saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yg bertakwa " (Qs.  Az-Zukhruf 67)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata : " Bahwa setiap persahabatan yang dilandasi cinta karena selain Allah,  maka pada hari kiamat nanti akan kembali dalam keadaan saling bermusuhan.   Kecuali persahabatan nya dilandasi cinta karena Allah, inilah yg kekal selamanya. " ( Tafsir Ibnu Katsir)

Semoga Allah SWT bisa mengumpulkan kita di akhirat didalam Jannah Firdaus-Nya. Aamiin Allahuma Aamiin...

Semoga bermanfaat
Nasihat Imam Syafii

Nasihat Imam Syafii

Nasihat Imam Syafi’i

عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللهِ إِنْ كُنْتَ غَافِلًا *** يَأْتِيْكَ بِالْأَرْزَاقِ مِنْ حَيْثُ لَايَدْرِيْ

Teruslah bertaqwalah kepada Allah, meski engkau dalam keadaan lalai Jika engkau bertaqwa, niscaya Dia akan mendatangkan kepada mu rizqi yang tiada terduga.

فَكَيْفَ تَخَافُ الْفَقْرَ وَاللهُ رَازِقًا *** قَدْ رَزَقَ الطِّيْرَ وَالْحُوْتَ فِي الْبَحْرِ

Bagaimana engkau takut dalam kemiskinan, padahal Allah Maha Pemberi rizqi Dia yang telah Menganugrahkan rizqi pada burung dan ikan di laut.

وَمَنْ ظَنَّ أَنَّ الرِّزْقَ يَأْتِيْ بِقُوَّةٍ *** مَا أَكَلَ الْعُصْفُوْرَ شَيْئًا مَعَ النَسْرِ

Siapa yang mengira rizqi datang sebab kekuatan Pastilah burung pipit tidak akan makan bila dibandingkan dengan burung elang.

تَزُوْلُ عَنِ الدُّنْيَا فَإِنَّكَ لَايَدْرِيْ *** إِذَا جَنَّ عَلَيْكَ اللَّيْلَ هَلْ تَعِيْشُ إِلَى الْفَجْرِ

Engkau akan meninggalkan dunia, maka sungguh engkau tidak menyadari Ketika malam tiba, apakah engkau masih hidup sampai fajar hari.

فَكَمْ مِنْ صَحِيْحٍ مَاتَ غَيْرَ عِلَّةٍ *** وَكَمْ مِنْ سَقِيْمٍ عَاشَ حِيْنًا مِنَ الدَّهْرِ

Betapa banyak orang sehat mati tanpa sakit Betapa banyak orang-sakit hidup bertahun-tahun.

وَكَمْ مِنْ فَتٰى أَمْسٰى وَأَصْبَحَ ضَاحِكًا *** وَأَكْفَانُهُ فِي الْغَيْبِ تُنْسَجُ وَهُوَ لَايَدْرِيْ

Betapa banyak anak muda tertawa-lepas di pagi dan sore hari Sedangkan dia tidak menyadari, bahwa kain kafannya telah disulam rapi.

وَكَمْ مِنْ صِغَارٍ يَرْجِيْ طُوْلَ عُمْرِهِ *** وَقَدْ أَدْخَلَتْ أَجْسَامُهُمْ ظُلْمَةَ الْقَبْرِ

Betapa banyak anak kecil yang berharap umur yang panjang. Akan tetapi jasad-jasad mereka telah dimasukkan dalam gelapnya alam kubur.

فَمَنْ عَاشَ أَلْفًا أَوْ أَلْفَيْنِ *** فَلَا بُدَّ مِنْ يَوْمٍ يَسِيْرُ إِلَى الْقَبْرِ

Maka barangsiapa hidup sampai seribu atau bahkan dua ribu tahun Maka tidak lain pada hari akhirnya adalah liang kubur.