NABI SAW dan Muslimin Indonesia

NABI SAW dan Muslimin Indonesia

Mau haji tapi harus antri 20 tahun adalah kejadian unik di akhir zaman. Mungkin sama sekali tidak terbayang akan terjadi seperti ini di masa kenabian dulu.

Lomba banyak-banyakan umat rupanya dimenangkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dulu  Beliau SAW pernah bersabda :

Fainni mukatsirun bikumul umama yaumal qiyamah.

Dua sampai tiga juta manusia rutin ngumpul di Mekkah selama durasi kurang lebih 2-3 bulan, setiap tahun dan rutin tanpa henti.

Biar semua kebagian tempat, digilir dan diberi jatah. Satu negara hanya boleh kirim 1 orang dari setiap 1000 orang penduduk muslim. Itu kesepakatan hasil konferensi negara OKI. 

Dan Indonesia keluar sebagai juara pertama, sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, mengalahkan Saudi, India, Pakistan, Mesir, Iran dan lainnya.

Jatah kuota haji buat Indonesia paling besar dibandingkan semua negara lain. Tapi dengan kuota terbesar pun, kita tetap antri hingga 20 tahun? 

Betapa banyaknya umat Nabi Muhammad SAW di negeri ini. Alangkah bergembiranya Rasulullah SAW kalau tahu bahwa di ujung dunia yang teramat jauh dari tempat kelahiran Beliau, ada ratusan juta kaum muslimin yang setiap hari menyenandungkan shalawat atas Beliau.

Allahumma Shalli ala Muhammad . . .

Dan perkenan kaum muslimin Indonesia untuk berbahagia menyambut peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Sumber : FB Ustad Ahmad Sarwat 

Reaksi Orang Sholeh Ketika Melihat Penampakan

Reaksi Orang Sholeh Ketika Melihat Penampakan


NABI IBRAHIM
Dari Ibnu Abbas, beliau bercerita "Ketika Ibrahim berhaji, tiba-tiba Iblis menampakkan diri di hadapan beliau di jumrah Aqobah. Lalu Ibrahim MELEMPAR Iblis itu dengan 7 batu, hingga iblis masuk ke tanah. kejadian itu berulang 3 kali. Ibnu Abbas berkata : “Itulah Ajaran agama ayah kalian, yakni melempar Jumroh" (HR. Ibnu Khuzaimah & hakim)

NABI MUHAMMAD
Di suatu malam Rasulullah shalat, lalu Jin Ifrit menampakkan diri, lalu beliau berdoa "Aku berlindung kepada Allah", setelah itu beliau MENCEKIKNYA (HR Bukhari & Muslim)

UMAR BIN KHATAB
Seorang pria keluar kemudian bertemu dengan jin, tiba-tiba jin itu berkata, "Bertarunglah melawanku !". Maka mereka berdua BERDUEL, dan akhirnya jin itu dapat dikalahkan. Seseorang bertanya siapakah gerangan pria itu ? dijawab "Siapa lagi kalau bukan Umar bin Khattab" (Riwayat Thabrani)

KHALID BIN WALID
Khalid bin Walid R.a ditugaskan Nabi untuk menghancurkan berhala Uzza. Lalu beliau pergi ke sebuah kampung dan menemukan bahwa Uzza adalah Setan perempuan telanjang berambut acak-acakan, Khalid lalu MENIKAMNYA dengan pedang (HR Abu dawud)

AMMAR BIN YASIR
Ammar bin Yasir R.a mengambil air di sumur, lalu Setan menampakkan diri. Beliau bergulat dengan Setan itu dan MENGHANTAM hidungnya dengan batu (Riwayat Baihaqi)

IBNU ZUBAIR
Ibnu Zubair R.a meriwayatkan bahwa ia melihat sesosok jin laki-laki tapi tingginya hanya sejengkal (sekitar 30 cm). Lalu Ibnu Zubair bertanya : “Makhluk apa kamu ?” lalu Makhluk itu menjawab : “Saya Izib”. Ibnu Zubair bertanya lagi : “Apa itu Izib ?” Makhluk itu menjawab : “Izib ya Izib !”. Lalu makhluk itu DIPENTUNG Ibnu Zubair dengan tongkat sampai makhluk itu lari terbirit-birit. (Al-Syibli dalam Ahkam al Jan)

IMAM MUJAHID
Sesosok Jin pernah muncul mengganggu di depan Imam Mujahid, lalu beliau MENGEJARNYA sampai Jin itu jatuh. Beliau berkata "Kalau kamu takut, mereka akan menguasaimu. Untuk itu bersikap keraslah" (Riwayat Ibnu Abi Dunya)
.
“Sungguh, Setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah sebagai musuh” (QS. Fathir : 6)

Garbi, Gerakan Anak Muda Milenial

Garbi, Gerakan Anak Muda Milenial

Realitas tidak boleh kita baca dari apa yang nampak saja. Tetapi dari apa yang tidak tampak. Begitulah faktanya bahwa semua perubahan besar tidak pernah bisa kita prediksi.
Inikah yang membuat orang sulit berubah? Ya salah satunya.

Orang-orang kebanyakan menghadapi ketegangan dengan mekanisme “membela diri” bukan mentalitas “prediktif” sehingga dilanda air bah perubahan yang mereka tak pernah mengerti. Bak katak di bawah tempurung. Maka, membaca peta dunia ini (termasuk politik Indonesia yang sedang bergolak) janganlah menggunakan realitas fisik apa yang terjadi pada setiap kubu.



Hijrah nabi dari Makkah ke Madinah yang kemudian dijadikan tonggak tahun Baru Islam. Ada yang kita lupa bahwa peristiwa hijrah itu bukan soal merancang perubahan saja tapi soal niat. Ini soal hati. Ketika Nabi SAW mengajak hijrah fisik dari Makkah ke Madinah, beliau tidak saja sedang menyelamatkan sebuah gerakan baru, tetapi juga menyeleksi generasi baru.

Maka, jika sebuah masyarakat baru atau gerakan baru lahir dari niat tulus dan bersih, maka tidak ada yang akan menghalanginya untuk menjadi dominan dan membesar seperti Islam dari kota Madinah.

Mari kita bersama-sama wujudkan Gerakan Arah Baru Indonesia.


#Garbi
#Gerakanarahbaruindonesia
Beban Amanah dan Kesiapan Aktivis Islam

Beban Amanah dan Kesiapan Aktivis Islam

Bismillaahirrohmaanirrohiim, kita patut bergembira bahwa dari ke hari jumlah aktivis-aktivis Islam saat ini terus bertambah dan itu berarti bahwa distribusi beban dakwah perlahan-lahan mulai semakin merata. Walaupun begitu, memang masih ditemukan di sana-sini adanya pemusatan beban karena jumlah beban dengan pemikulnya belum terlalu seimbang.

Oleh karena itu para aktivis muslim sampai saat ini memang masih memikul beban yang sangat berat dan juga sangat banyak. Dan itu kadang-kadang melampaui jumlah waktu yang mereka miliki. Dari situ kemudian muncul berbagai persoalan, di antaranya adalah soal rasio produktivitas kita dalam bekerja, kemudian masalah efisiensi waktu, tetapi dua hal ini –rasio produktivitas dan efisiensi waktu- sama-sama terkait dengan kompetensi individu masing-masing aktivis.

  
beban amanah

 Kalau kita mengatakan rasio produktivitas, yang saya maksud adalah semestinya seorang aktivis Islam itu rasio produktivitasnya sebagai berikut, yaitu satu unit waktu sama dengan satu unit amal.
Sekarang, karena jumlah pekerjaan lebih banyak dari waktu yang kita miliki, maka kita harus memilih bahwa satu unit waktu sama dengan satu unit amal terbaik. Jadi kita selalu berorientasi kepada afdhalul amal, itulah kaidah yang menggabungkan antara rasio produktivitas yang tinggi dengan tingkat efisiensi.

Artinya efisiensi itu adalah fi’li amal pada setiap satu unit waktu. Tapi sekali lagi, itu kembali kepada kompetensi individu masing-masing. Dan jika bicara tentang kompetensi individu yang kita maksud adalah apakah individu itu atau aktivis muslim itu sudah merencanakan pengembangan dirinya yang maksimum. Sehingga bakat-bakat yang terpendam dalam dirinya, semuanya terpakai untuk dakwah. Sebab penelitian terhadap orang-orang besar yang pernah dilakukan di Amerika –seperti yang dikutip oleh Syaikh Muhammad Al Ghazali- mengatakan bahwa ternyata orang-orang besar yang pernah ada dalam sejarah hanya menggunakan 5-10 persen dalam total potensinya.

Untuk mencapai hal di atas, kita harus selalu berorientasi kepada penyatuan-penyatuan, pemaduan-pemaduan, pengharmonisan-pengharmonisan, dan mencoba meninggalkan kecenderungan pemisahan-pemisahan atau dikotomi, karena semua itu adalah kebajikan. Contoh: menuntut ilmu di kampus itu adalah kebaikan, berdakwah adalah juga kebaikan. Kita membutuhkan kedua-duanya sekaligus. Kita perlu ilmu supaya kita berdakwah dengan cara yang benar, dan kita harus berdakwah agar ilmu kita bermanfaat. Jadi, tidak ada alasan untuk memisah-misahkannya.

Persoalannya adalah persoalan manajemen, bagaimana mengelola waktu yang tersedia untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari semua amal yang ada. Itu saja masalahnya!

Dikutip dari buku: Geliat Da’wah di Era Baru: Kumpulan Wawancara Da’wah.
Belajar Bersatu

Belajar Bersatu

Ketika kekalahan, tragedi, kelaparan, dan pembantaian mendera jasad Islam kita, kita selalu saja menyoal dua hal: konspirasi Barat dan lemahnya persatuan umat Islam. Tangan-tangan syetan Yahudi seakan merambah di balik setiap musibah yang menimpa kita. Dan kita selalu tak sanggup membendung itu, karena persatuan kita lemah.

Mari kita menyoal persatuan, sejenak, dari sisi lain. Ada banyak faktor yang dapat mempersatukan kita: aqidah, sejarah dan bahasa. Tapi semua faktor tadi tidak berfungsi efektif menyatukan kita. Sementara itu, ada banyak faktor yang sering mengoyak persatuan kita. Misalnya, kebodohan, ashabiyah, ambisi, dan konspirasi dari pihak luar.

Mungkin itu yang sering kita dengar setiap kali menyorot masalah persatuan. Tapi di sisi lain yang sebenarnya mungkin teramat remeh, ingin ditampilkan di sini.
Persatuan ternyata merupakan refleksi dari ’suasana jiwa’. Ia bukan sekedar konsensus bersama. Ia, sekali lagi, adalah refleksi dari ’suasana jiwa’. Persatuan hanya bisa tercipta di tengah suasana jiwa tertentu dan tak akan terwujud dalam suasana jiwa yang lain. Suasana jiwa yang memungkinkan terciptanya persatuan, harus ada pada skala individu dan jamaah.

Belajar bersatu-oaseiman.net

Tingkatan ukhuwwah (maratibul ukhuwwah) yang disebut Rasulullah SAW, mulai dari salamatush shadr hingga itsar, semuanya mengacu pada suasana jiwa. Jiwa yang dapat bersatu adalah jiwa yang memiliki watak ’permadani’. Ia dapat diduduki oleh yang kecil dan yang besar, alim dan awam, remaja atau dewasa. Ia adalah jiwa yang besar, yang dapat ’merangkul’ dan ’menerima’ semua jenis watak manusia. Ia adalah jiwa yang digejolaki oleh keinginan kuat untuk memberi, memperhatikan, merawat, mengembangkan, membahagiakan, dan mencintai.

Jiwa seperti itu sepenuhnya terbebas dari mimpi buruk ’kemahahebatan’, ’kamahatahuan’, ’keserbabisaan’. Ia juga terbebas dari ketidakmampuan untuk menghargai, menilai, dan mengetahui segi-segi positif dari karya dan kepribadian orang lain.

Jiwa seperti itu sepenuhnya merdeka dari ’narsisme’ individu atau kelompok. Maksudnya bahwa ia tidak mengukur kebaikan orang lain dari kadar manfaat yang ia peroleh dari orang itu. Tapi ia lebih melihat manfaat apa yang dapat ia berikan kepada orang tersebut. Ia juga tidak mengukur kebenaran atau keberhasilan seseorang atau kelompok berdasarkan apa yang ia ’inginkan’ dari orang atau kelompok tersebut.

Salah satu kehebatan tarbiyah Rasulullah SAW, bahwa beliau berhasil melahirkan dan mengumpulkan manusia-manusia ’besar’ tanpa satupun di antara mereka yang merasa
’terkalahkan’ oleh yang lain. Setiap mereka tidak berpikir bagaimana menjadi ’lebih besar’ dari yang lain, lebih dari mereka berpikir bagaimana mengoptimalisasikan seluruh potensi yang ada pada dirinya dan mengadopsi sebanyak mungkin ’keistimewaan’ yang ada pada diri orang lain.

Umar bin Khattab, mungkin merupakan contoh dari sahabat Rasulullah SAW yang dapat memadukan hampir semua prestasi puncak dalam bidang ruhiyah, jihad, qiyadah, akhlak, dan lainnya. Tapi semua kehebatan itu sama sekali tidak ’menghalangi’ beliau untuk berambisi menjadi ’sehelai rambut dalam dada Abu Bakar’. Sebuah wujud keterlepasan penuh dari mimpi buruk ’kemahahebatan’.

(Arsitek Peradaban; Anis Matta, Lc)
Lelaki Akhirat

Lelaki Akhirat

Kalau butir-butir kurma ini harus kutelan semua baru maju berperang… oh betapa jauh sungguh jarak antara aku dengan surga.”

Itulah ungkapan seorang sahabat ketika mendengar Rasulullah saw. bersabda menjelang berkecamuknya perang Badar: ” Majulah kalian semua menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi.”

Kecermelangan sahabat-sahabat Rasulullah saw, serta semua manusia Muslim agung yang pernah memenuhi lembaran sejarah kejayaan umat ini, sesungguhnya difaktori salah satunya oleh “hadirnya” akhirat dan semua makna yang terkait dengan kata ini dalam benak mereka setiap saat.


Lukisan kenikmatan surga meringankan semua beban kehidupan duniawi dalam diri mereka. Lukisan kenikmatan surga meringankan langkah kaki mereka menyusuri napak tilas perjuangan yang penuh onak dan duri. Tak ada duri yang sanggup menghentikan langkah mereka. Sebab duri itu justru memberinya kenikmatan jiwa saat jiwa duniawinya sedang bermandikan sungai surga. Lukisan kenikmatan surga melahirkan semua kehendak dan kekuatan yang terpendam dalam dasar kepribadiannya. Tak ada kehendak akan kebaikan yang tak menjelma jadi realita. Tak ada tenaga raga yang tersisa dalam dirinya, semua larut dalam arus karya dan amal.

Lukisan kedahsyatan neraka memburamkan semua keindahan syahwati dalam pandangan hatinya. Lukisan kedahsyatan neraka mematikan semua kecenderungan pada kejahatan. Sebab kejahatan itu sendiri telah berubah menjadi neraka dalam jiwanya, saat sebelah kakinya telah terjerembab ke dalam neraka dengan satu kejahatan, dan kaki yang satu akan menyusul dengan kejahatan kedua. Lukisan kedahsyatan neraka menghilangkan semua rasa kehilangan, kepahitan dan penyesalan dalam dirinya saat ia mencampakkan kenikmatan syahwati.

Lukisan surga dan neraka memberi mereka kesadaran yang teramat dalam akan waktu. Makna kehidupan menjadi begitu sakral, suci, dan agung ketika ia diletakkan dalam bingkai kesadaran akan keabadian. Kaki mereka menapak di bumi, tapi jiwa mereka mengembara di langit keabadian. Dari telaga keimanan ini mereka meneguk semua kekuatan jiwa untuk dapat mengalahkan hari-hari. Seperti apakah kenikmatan yang bisa diberikan syahwat duniawi kepadamu, jika engkau letakkan dalam neraka jiwamu. Sepeti apa pulakah kepahitan yang dapat diberikan penderitaan duniawi kepadamu, jika ia engkau simpan dalam surga jiwamu.

Lukisan surga dan neraka yang memenuhi lembaran surat-surat Makkiyah, terkadang dipapatkan Allah swt. dengan gaya ilmiah yang begitu logis. Sama seperti ia terkadang melukiskannya dengan gaya deskripsi, begitu sastrawi dan menyeni, seindah-indahnya atau semengeri-ngerikannya. Lukisan pertama menyentuh instrumen akal dan melahirkan ‘ al-yaqin ‘ akan kebenaran hari kebangkitan (akhirat). Lukisan kedua menyentuh hati dan selanjutnya diharapkan melahirkan ‘ khaufan wa thama’an ‘.

Begitulah al-iman bil yaumil akhir itu menjadi telaga tempat kita meneguk semua kekuatan jiwa untuk berkarya. Begitulah al-iman bil-yaumil akhir itu menjadi mesin yang setiap saat ‘ memproduksi ‘ watak-watak baru yang positif dan islami dalam struktur kepribadian kita.

Untuk ‘ memfungsikan ‘ keimanan ini seperti ini, kita harus ‘ menghadirkan ‘ maknanya setiap saat dalam benak dan hati kita. Sebab “… dari makna-makna kubur inilah akan lahir akal yang kuat dan tegar bagi sang kehendak “, kata Musthafa Shidiq Ar-Rafi’i.

Anis Matta,Lc Arsitek Peradaban
Krisis Umat dan Celah Pembebasan

Krisis Umat dan Celah Pembebasan

Apakah yang dilakukan sebuah ummat, ketika krisis menjadi hantu besar yang melingkupi semua sisi kebaikannya? Apakah yang mungkin dilakukan sebuah ummat, ketika sejarah menjadi begitu pelit untuk membuka pintu-pintu rumahnya, bagi umat itu untuk berteduh dari keterhimpitan yang menyengat tubuhnya? Apakah yang mungkin dilakukan sebuah ummat, ketika semua umat memusuhinya, dan apa yang ada hanya dirinya, sementara realitas dirinya sendiri justru menjadi anak panah di busur musuhnya?

Pertanyaan seperti ini seringkali hinggap dalam benak kita, para du’at dan Mushlihin. Dalam keadaan tanpa jawaban, sering pula kita kehilangan kesesimbangan jiwa, sesuatu yang kemudian menimbulkan rasa tidak berdaya (al’-ajz) dan merasa seakan realita dan tantangan lebih besar dari kapasitas internal kita menjawabnya, apalagi menyelesaikannya.

make things happen-oaseiman.net
Yang lebih parah lagi, rasa tidak berdaya itu kadang sampai begitu kuat, sehingga tanpa sadar kita bersikap negatif terhadap problema yang melingkupi kita, untuk kemudian mencoba melakukan langkah ‘pengunduran diri’ dari gelanggang kehidupan sosial (al-insihab al-ijtima’i). Terkadang pengunduran diri ini disertai sejumlah pembenaran rasional, setelah rasa tidak berdaya itu mendorong kita mempertanyakan beberapa aksioma ideologi dan prinsip perjuangan, yang mungkin dianggap terlalu ideal dan tidak mungkin dipertemukan dengan realita? Beginilah misalnya, kekalahan-kekalahan politik mendorong Nurcholish untuk menelorkan ide ‘Islam Yes, Partai Islam No’ pada tahun 1970-an.

Sesungguhnya itu tidak perlu terjadi, kalau saja kita mau merenungi kembali, bagaimana Allah SWT dalam Al Qur’an telah membuka begitu banyak celah pembebasan yang dibuka Allah SWT kepada kita, saat semua jalan masuk ke rumah sejarah telah tertutup.

Pertama, harapan. Harapan adalah matahari di langit jiwa. Tak ada sesuatu yang sangat kita butuhkan saat reruntuhan kekalahan menghimpit jiwa kita, selain harapan yang dapat mengembalikan rasa percaya diri kita untuk bangkit kembali. Begitulah Allah SWT mengembalikan harapan itu ke dalam jiwa sahabat-sahabat Rasulullah SAW, setelah kekalahan pada perang Uhud.
Allah SWT berfirman,
“Dan janganlah kamu merasa hina dan bersedih, sebab kamulah yang lebih tinggi (unggul) jika kamu beriman. Jika kamu tersentuh luka (musibah), maka luka (musibah) yang sama juga menimpa kaum yang lain. Dan begitulah hari-hari (kemenangan) kami pergilirkan diantara manusia.” (QS. Ali Imran : 140)

Dalam keadaan selemah apapun juga, ketika kita mendengar pernyataan sakral seperti itu, pasti ia akan mengembalikan kekuatan jiwa kita untuk melakukan lompatan ulang dalam sejarah. Pada ayat diatas, Allah SWT tidak sekedar memberi harapan, tapi juga menambah kekuatan harapan itu dengan membuka celah sejarah melalaui hokum ‘siklus menang-kalah’ dalam sejarah peradaban manusia sepanjang zaman.

Bahwa kekalahan dalam hukum itu, tidak boleh menjadi titik awal menuju kepunahan historis. Selalu ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan pada lompatan awal, kedua, atau ketiga, dalam perjalanan sejarah. Watak sejarah, dengan begitu tidaklah niscaya (deter-minant), sebagaimana manusia yang tumbuh dari kecil, besar, tua, lalu mati. Sunnatut tadawul (hukum perputaran) itu memungkinkan ketuaan untuk sebuah peradaban dijungkirbalik menjadi kemudaan, sekaligus menghentikan, secara tiba-tiba, arus realitas ketuaan berjalan menuju muara kematian historis.

Kedua, taghyirul dzat (merubah diri). Bila celah sejarah pertama tadi meupakan celah ekstrem, maka celah sejarah kedua ini merupakan celah interen. Ada syarat-syarat internal yang harus dipenuhi untuk dapat memanfaatkan peluang historis tersebut. Yaitu merubah seluruh instrument kepribadian kita, mulai dari bagian terkecil, diri, hingga bagian terbesar, masyarakat. Pada diri pun dimulai dari instrument yang paling halus; hati, perasaan, emosi, akal hingga raga.

Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaaan suatu kaum, kecuali bila kaum itu yang merubah apa-apa yang ada dalam dirinya.” (Q.S. Ar-Ra’du, 14-11).

Sesungguhnya pada dua celah sejarah ini, tersimpan kunci dinamika gerak sejarah kehidupan manusia, yang tak pernah mati hingga kiamat. Ini adalah ‘kemungkinan-kemungkinan’ yang dijadikan Allah SWT sebagai peluang bagi kita untuk hadir kembali di gelanggang sejarah. Masalahnya, maukah kita memanfaatkan peluang itu?

(diambil dari Arsitek Peradaban, tulisan Anis Matta, Lc)
13 Aurat Wanita yang Wajib Dijaga

13 Aurat Wanita yang Wajib Dijaga

Wanita memang diberkati oleh Allah dengan segala keindahan,tapi terkadang itu salah digunakan untuk membuat para pria tergoda dan terbayang.nah apa saja 13  Aurat Wanita tersebut?


1. Bulu kening (Alis)
Menurut Bukhari, Rasullulah melaknat perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening
(Petikan dari Hadits Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari)


2. Kaki (tumit kaki) semacam hantu loceng
Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan
(Petikan dari Surah An-Nur Ayat 31. Keterangan : Menampakkan kaki dan mengayunkan/ melenggokkan badan mengikut hentakan kaki terutamanya pada mereka yang mengikatnya dengan loceng, sama juga seperti pelacur dizaman jahiliyah)


3. Wangi-wangian
Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zinanya terutamanya hidung yang berkumpul itu kata orang sekarang hidung belang
(Petikan dari Hadits Riwayat Nasa’i, Ibn Khuzaimah dan Hibban)


4. Dada
 Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi bagian depan dada-dada mereka
(Petikan dari Surah An-Nur Ayat 31)


5. Gigi
Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir (pangur) gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya
(Petikan dari Hadits Riwayat At-Thabrani, Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah – Petikan dari Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)


6. Leher
Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasanmu seperti orang jahilliah yang dahulu
Keterangan : Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.


7. Membayang Anggota Tubuh
Asma Binti Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menampakkan anggota badan kecuali telapak tangan dan wajah saja
(Petikan dari Hadits Riwayat Muslim dan Bukhari)

8. Berjabat Tangan
Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya
(Petikan dari Hadits Riwayat At Tabrani dan Baihaqi)

9. Memandang
Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya
(Petikan dari Surah An Nur Ayat 31. Keterangan sabda Nabi Muhamad SAW, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama saja manakala pandangan seterusnya tidak dibenarkan hukumnya haram – Petikan dari Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)

10. Mulut (suara)
Janganlah perempuan-perem -puan itu terlalu mendayu-dayu dalam berbicara sehingga orang yang mendengarkan ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perka -taan yang baik
(Petikan dari Surah Al Ahzab Ayat 32)

11. Kemaluan
Dan katakanlah kepada perempuan-perem -puan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka
(Petikan dari Surah An Nur Ayat 31)

Apabila seorang perempuan itu sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam Surga dari pintu-pintu yang ia kehendakinya
(Petikan dari Hadits Riwayat Riwayat Al Bazzar)
Tiada seorang perempuanpun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah
(Petikan dari Hadits Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah)

12. Pakaian
Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebiha -n terutama yang menyolok mata , maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti
(Petikan dari Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud , An Nasa’i dan Ibn Majah)
(Petikan dari Surah Al Ahzab Ayat 59. Keterangan : Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab dan longgar, yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali. Dan karena itu mereka tidak diganggu. Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang)

Sesungguhnya sebagian ahli Neraka ialah perempuan-perem -puan yang berpakaian tetapi telanjang yang cenderung pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium baunya
(Petikan dari Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim. Keterangan : Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/ -membentuk dan berbelah/ -membuka bahagian-bahagi -an tertentu)

13. Rambut
Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perem -puan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya dari pandangan/ -dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya
(Petikan dari Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)


Mati Layaknya Keledai

Mati Layaknya Keledai

Kisah ini terjadi di Universitas 'Ain Syams, fakultas pertanian di Mesir. Sebuah kisah yang amat masyhur dan dieksposs oleh berbagai media massa setempat dan sudah menjadi buah bibir orang-orang di sana.

Pada tahun 50-an masehi, di sebuah halaman salah satu fakultas di negara Arab (Mesir-red.,), berdiri seorang mahasiswa sembari memegang jamnya dan membelalakkan mata ke arahnya, lalu berteriak lantang, "Jika memang Allah ada, maka silahkan Dia mencabut nyawa saya satu jam dari sekarang!."

Ini merupakan kejadian yang langka dan disaksikan oleh mayoritas mahasiswa dan dosen di kampus tersebut. Menit demi menitpun berjalan dengan cepat hingga tibalah menit keenampuluh alias satu jam dari ucapan sang mahasiswa tersebut. Mengetahui belum ada gejala apa-apa dari ucapannya, sang mahasiswa ini berkacak pinggang, penuh dengan kesombongan dan tantangan sembari berkata kepada rekan-rekannya, "Bagaimana pendapat kalian, bukankah jika memang Allah ada, sudah pasti Dia mencabut nyawa saya?."

Para mahasiswapun pulang ke rumah masing-masing. Diantara mereka ada yang tergoda bisikan syaithan sehingga beranggapan, "Sesunguhnya Allah hanya menundanya karena hikmah-Nya di balik itu." Akan tetapi ada pula diantara mereka yang menggeleng-gelengkan kepala dan mengejeknya.

 
Sementara si mahasiswa yang lancang tadi, pulang ke rumahnya dengan penuh keceriaan, berjalan dengan angkuh seakan dia telah membuktikan dengan dalil 'aqly yang belum pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya bahwa Allah benar tidak ada dan bahwa manusia diciptakan secara serampangan; tidak mengenal Rabb, tidak ada hari kebangkitan dan hari Hisab. Dia masuk rumah dan rupanya sang ibu sudah menyiapkan makan siang untuknya sedangkan sang ayah sudah menunggu sembari duduk di hadapan hidangan. Karenanya, sang anak ini bergegas sebentar ke 'Wastapel' di dapur. Dia berdiri di situ sembari mencuci muka dan tangannya, kemudian mengelapnya dengan tissue. Tatkala sedang dalam kondisi demikian, tiba-tiba dia terjatuh dan tersungkur di situ, lalu tidak bergerak-gerak lagi untuk selama-lamanya.

Yah…dia benar-benar sudah tidak bernyawa lagi. Ternyata, dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa sebab kematiannya hanyalah karena ada air yang masuk ke telinganya!!.

Mengenai hal ini, Dr.'Abdur Razzaq Nawfal -rahimahullah- berkata, "Allah hanya menghendaki dia mati seperti keledai!."

Sebagaimana diketahui berdasarkan penelitian ilmiah bahwa bila air masuk ke telinga keledai atau kuda, maka seketika ia akan mati?!!!.

(Sumber: Majalah "al-Majallah", volume bulan Shafar 1423 H sebagai yang dinukil oleh Ibrahim bin 'Abdullah al-Hâzimiy dalam bukunya "Nihâyah azh-Zhâlimîn", Seri ke-9, h.73-74)

Bersiap Kehilangan Guru dan Rekan Terbaik Kita

Bersiap Kehilangan Guru dan Rekan Terbaik Kita

“Jika dulu kita sering dengar kabar baik tentang ikhwah kita seperti baru menikah, lahiran anak, sukses jadi Aleg, lancar usahanya. Maka kini kita harus sudah terbiasa mendengar kata sedih seperti kabarnya sakit si fulan/ah, bangkrutnya usaha ikhwah ini, dan agak sering kabar duka tentang wafatnya ustadz dan para ikhwah kita”

Di suatu malam sendu, saya tercenung. Iya juga ya dalam hati.. jika dulu ustadz/ah masih pada muda. Kini wajah mereka menua, jalannya sudah pelan – pelan, dan sering kabar sakit berseliweran di grup – grup koordinasi.

Jika dulu kita ingat wajah sumringah.. berbarengan dengan anak – anak kecil lari berhamburan.. kini kita lihat, uban sudah memutih.. tongkat atau kursi roda sudah mulai digunakan.. bicaranya sudah pelan.. dan sambil mengingat – ingat tempo dulu yang terasa cepat, tak sadar kini ustadz/dzah kita menua.
ustad-hilman-rosyad

Saya berpikir, kita sudah berada di fase kedewasaan. Jika mengikuti pola grafik trend life of cycle. Generasi dakwah ini di Indonesia pada tahapan mature. Umur dakwahnya sudah mulai establish, akar – akar ideologisnya sudah mengakulturasi pada budaya bangsa itu sendiri. Coba kita lihat trend busana hijab, tren pelatihan dan seminar dakwah, sampai demonstrasi Palestina sudah bukan milik jamaah ini lagi, namun sudah menjadi bagian milik bangsa besar ini.

Dulu kita mudah mengenali mana akhwat mana muslimah umum. Sekarang, para wanitanya sudah jamak menggunakan gamis tertutup dan hijab lebar, sampai kadang salah tebak bertanya “Mbak, Liqo dimana?” Mbak itu pun tersenyum “Liqo, apa itu? Saya ngaji di mana2.. seringnya sih di youtube, hehe.. kebetulan ikut ODOJ, trus temen satu grup jual hijab bagus bgni ya ada rezeki beli, alhamdulillah”

Jika dulu sekolah – sekolah IT (islam terpadu) di dominasi anak – anak temen pengajian, sekarang sudah masyarakat umum mulai dari pengusaha, karyawan asing, sampai anak Tentara, hehe.. beneran.. kalau ditanya kenapa sekolahin anaknya di Sekolah Islam Terpadu? Katanya mereka seneng lihat anak – anak muridnya punya sikap yang baik, bisa rajin ibadah, dan terpenting bisa dipercaya untuk titip anak, hehe.. well, beragam motivasinya, tetapi memiliki harapan yang sama, ingin anaknya jadi orang terbaik.

Saya memahami, beginilah dakwah jika sudah mengalkulturasi. Sensitivitas partisan memudar seiring berjalannya waktu, bahwa dakwah ini cocok dengan karakteristik bangsa ini, dan diterima sebagai bagian dari nilai – nilai masyarakat.

Maka tuntaslah tugas para asabiqunal awwalun kita, para masayaikh yang memulai dakwah ini dalam fase awal – awalnya yang kritis. Dicurigai, di inteli, dan nyaris di labeli terlarang. Dakwah ini dan dakwah islam yang lebih luas alhamdulillah berada pada titik kebebasannya yang optimum. Dengan perjuangan di legislatif juga di eksekutif, kini tak ada orang atau pihak manapun untuk melarang orang berdakwah dan menyampaikan ajaran islam. Bahkan, ajaran islam kini menggeliat di kantor – kantor hingga di kedinasan, bahkan terakhir aturan seragam hijab TNI dan Polri di sosialisasikan untuk mengakomodir para muslimah yang bekerja di institusi tersebut, sebuah issue yang sulit dibayangkan implementasinya puluhan tahun lalu.

Kini, saya menatapi satu persatu foto para pejuang dakwah ini, di antara foto – foto para kader yang juga sudah wafat satu per satu. Kita tidak mengenal mereka mungkin lebih detail, namun kita bisa rasakan karyanya bagi umat ini. Mungkin inilah amal jariyah yang tak terputus hingga alam kubur, yakni ilmu yang bermanfaat. Para asatidz kita yang mendahului kita ini, usianya memang pendek, namun insya Allah karyanya bagi eksistensi dakwah akan melampaui usia biologis mereka. Benarlah janji Allah bahwa masing – masing umat memiliki Rijal – nya.. pemimpinnya.. dan benarlah janji Allah, bahwa kesudahan bagi orang – orang yang istiqomah menyerukan kebaikan siang dan malam.. akan Allah akhirkan dengan akhir yang baik.. Husnul Khatimah..

Mengutip ucapan Ustadz Tifatul Sembiring.. “Selamat Jalan guru kami. Sesungguhnya kita tidak berpisah, kita hanya sedang mempersiapkan sebuah pertemuan yang kekal”
Bersiap tentang Kabar duka selanjutnya, namun bersiap juga tentang kabar gembira serta kemenangan pada akhirnya.. aamiin

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا ۙ قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ ۖ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.

-Surat Al-Baqarah, Ayat 25

Bekasi, 15 Januari 2018

Muhammad Ilham

sumber : ngelmu.co