Padamkan Amarah Pemimpin Dholim Dengan Doa
Ibrah RenunganHasal al-Bashri mendengarnya. Dia berpikir, ini adalah kesempatan untuk menyampaikan nasihat secara langsung kepada pemimpin. Tentu beresiko, namun tak boleh takut.
Ditengah tengah kerumunan massa, sang imam berdiri dan menyampaikan khutbahnya. Diantara poin yang disampaikan :
"Kita mengetahui apa yang dibangun oleh manusia yang paling kejam. Dan kita dapati Firaun yang membangun istana yang lebih besar dan lebih megah daripada bangunan ini. Namun kemudian Allah membinasakan Firaun beserta apa yang dibangunnya. Andai saja Hajjaj sadar bahwa penghuni langit telah membencinya dan penduduk bumi telah memperdayakannya..."
Kritik dan kecaman pedas itu membuat banyak orang khawatir akan keselamatan Hasan al-Bashri. Beberapa orang diantaranya menyarankan agar khutbahnya diakhiri saja. Namun sang imam tenang saja, "Wahai saudaraku, Allah SWT telah mengambil sumpah dari ulama agar menyampaikan kebenaran kepada manusia dan tak boleh menyembunyikannya.
Benar saja. Hajjaj murka; ia segera mengumpulkan para pejabat dan meluapkan amarahnya. "Celakalah kalian! Seorang dari budak budak Basrah itu memaki maki kita dengan seenaknya dan tak seorangpun dari kalian yang kuasa mencegah dan menjawabnya. Demi Allah, akan kuminumkan darahnya kepada kalian, wahai para pengecut!."
Para pengawal segera dititahkan untuk menyiapkan pedang serta algojonya. Sebagian prajurit lain diperintahkan segera menangkap Hasan al Bashri.
Tak selang berapa lama, Hasan al bashri sudah digelandang ke istana. semua mata mengarah kepadanya dengan hati berdebar debar, menanti vonis yang akan dijatuhkan.
Sorot mata Hasan al Bashri tajam menatap algojo yang sudah menghunus pedang eksekusi. ia tampak menggerakgerakkan bibir seakan tengah membaca sesuatu. Sejurus kemudian ia berjalan mendekati Hajjaj dengan ketabahan seorang mukmin, kewibawaan seorang muslim, dan kehormatan seorang dai di jalan Allah SWT. Begitu tegar.
Entah pergolakan apa yang terjadi dalam diri Hajjaj, mentalnya tiba tiba ciut. Seperti terpengaruh oleh wibawa yang terpancar dalam diri Hasan al Bashri. Pemimpin dholim ini justru berkata ramah, "Silakan dudukdi sisi wahai Abu Sa'id. "
Hadirin terheran heran bagaimana hal ini bisa terjadi? Padahal beberapa saat lalu Hajjaj begitu murka.
Setelah sang Imam duduk di kursi, Hajjaj menoleh kepadanya seraya menanyakan berbagai masalah agama. Semua dijawab oleh Hasan al Bashri dengan akurat serta mencerminkan pengetahuannya yang luas.
Merasa cukup dengan hajatnya, Hajjaj berkata, " Wahai Abu Sa'id Anda benar benar tokoh ulama yang benar benar hebat." Hajjaj kemudian menyemprotkan minyak ke jenggot Hasan al Bashri, lalu diantarkan sampai depan pintu.
Diluar istana pengawal yang mengikuti Hasan al Bashri bertanya, Wahai Abu Said, sesungguhnya Hajjaj memanggil Anda dengan keperluan yang lain. ketika Anda masuk dan melihat algojo dengan pedang terhunusnya, saya melihat Anda membaca sesuatu. Apa sebenarnya yang Anda lakukakan ketika itu?
Jawabnya, "Aku berdoa, Wahai Yang Maha Melindungi dan tempatku bersandar dalam kesulitan, jadikanlah amarahnya (Hajjaj) menjadi dingin dan menjadi keselamatan bagi diriku sebagaimana Engkau jadikan api menjadi dingin
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>